Prediksi Rupiah, Masih Akan Bergejolak Pekan Depan
Andri Hardianto menilai, pergerakan rupiah pekan ini disetir oleh isu perang dagang antara dua negara raksasa ekonomi AS dan China.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) kembali berlanjut hingga akhir perdagangan pekan ini.
Rupiah melemah selama tiga hari beruntun hingga menyentuh level Rp 13.766 per dollar AS pada Kamis (29/3/2018).
Sepanjang pekan ini, rupiah belum beranjak dari kisaran Rp 13.700. Nilai tukar mata uang Garuda justru melemah 0,20% dalam sepekan terakhir.
Analis Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto menilai, pergerakan rupiah pekan ini disetir oleh isu perang dagang antara dua negara raksasa ekonomi AS dan China.
Sementara, posisi rupiah bisa dibilang hanya bersandar pada kebijakan intervensi Bank Indonesia yang menjaga stabilitas nilai tukar.
"Secara psikologis, nila tukar rupiah berada di level Rp 13.800 sampai Rp 14.000," kata Andri, Kamis (29/3/2018).
Menurutnya, untuk mendorong penguatan rupiah, dibutuhkan adanya perbaikan kondisi makro. Seperti yang diketahui, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan demi memberi stimulasi pada sektor bisnis.
Baca: Dirut Pertamian Digosipkan Akan Dicopot, Kementerian BUMN Membantah
Meski tingkat inflasi cenderung terjaga, pertumbuhan kredit Indonesia masih tergolong rendah. Sepanjang tahun lalu, pertumbuhan kredit perbankan cuma 8,22% year on year (yoy).
"Kondisi pertumbuhan kredit seperti itu menunjukkan sektor bisnis kita masih minim ekspansi," papar Andri.
Andri menilai, selama belum ada kemajuan signifikan pada kondisi makroekonomi, nilai tukar rupiah terus kekurangan tenaga. Intervensi BI pun tidak bijak jika dipertahankan dalam waktu panjang.
Pekan depan, Andri melihat nilai tukar rupiah masih akan bergejolak dalam rentang Rp 13.700-Rp 13.780 per dollar AS.
Sementara, Senin (2/4), ia memprediksi rupiah akan menguat karena faktor rebound teknikal di kisaran Rp 13.730-Rp 13.770 per dollar AS.
Reporter: Grace Olivia