Komisi Pengawas Persaingan Usaha Singapura Selidiki Transaksi Akuisisi Uber oleh Grab
Setelah menyampaikan usulan langkah sementara tersebut, kedua perusahaan diberi kesempatan untuk membuat pernyataan tertulis kepada CCS.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Kontan, RR Putri Werdiningsih
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Komisi Persaingan Singapura atau Competion Commision of Singapore (CCS) telah memulai penyelidikan atas kesepakatan Uber Technologies Inc untuk menjual operasinya di Asia Tenggara kepada Grab.
Bahkan CCS telah mengusulkan langkah-langkah sementara yang harus dilakukan kedua perusahaan tersebut.
Seperti dilansir dari Reuters, dalam pernyataannya pada Jumat (29/3/2018), CCS meminta agar kedua perusahaan tetap mempertahankan harga pra tansaksinya dan tidak diperbolehkan memperoleh informasi rahasia seperti terkait harga, pelanggan dan pengemudi.
Selain itu baik Uber maupun Grab untuk sementara juga tidak diperkenankan mengambil tindakan apa pun yang bisa mengarah pada integrasi bisnis di Singapura.
Setelah menyampaikan usulan langkah sementara tersebut, kedua perusahaan diberi kesempatan untuk membuat pernyataan tertulis kepada CCS.
Ini merupakan pertama kalinya komisi tersebut mengeluarkan langkah-langkah sementara untuk setiap bisnis di Singapura.
Baca: Dua Bulan Gaji Tak Dibayar, Pekerja Bangunan di Cempaka Putih Curi Kabel Majikan Senilai Rp 19 Juta
Baca: Lelang Amal di Gathnas YNCI Ketiga, Helm Valentino Rossi Laku Terjual Rp 5,1 Juta!
Menurut pihak CCS hingga kini belum ada pemberitahuan tertulis dari Uber maupun Grab terkait merger tersebut.
Sebelumnya, Uber dan Grab mengumumkan kesepakatan merger tersebut pada hari awal pekan ini.
Kedua belah pihak menyepakati Uber akan mengambil 27,5% saham di Grab yang bernilai sekitar US$ 6 miliar dan CEO Uber Dara Khosrowshahi akan bergabung dengan dewan perusahaan yang berbasis di Singapura.
Tahun lalu Uber telah merugi sebesar US$ 4,5 miliar karena menghadapi persaingan sengit di Amerika Serikat, Asia dan Eropa. Padahal perusahaan telah menginvestasikan dana hingga US$ 700 juta khusus untuk operasinya di Asia.