Bayar yang Jatuh Tempo, Utang Luar Negeri Pemerintah Turun 2,06 Miliar Dolar
Bank Indonesia (BI) mengumumkan, penurunan utang terbesar berasal dari sektor pemerintah US$ 2,36 miliar.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Kontan, Arsy Ani Sucianingsih
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir Februari 2018 menyusut US$ 2,06 miliar menjadi US$ 356,2 miliar. Pada Januari 2018, posisi ULN Indonesia masih US$ 358,26 miliar.
Penurunan ULN terjadi karena pemerintah membayar utang yang telah jatuh tempo. Kondisi ini diharapkan bisa menjadi cerminan, pengelolaan utang Indonesia bagus karena bisa melunasi utang jatuh tempo tepat waktu.
Bank Indonesia (BI) mengumumkan, penurunan utang terbesar berasal dari sektor pemerintah US$ 2,36 miliar.
Sektor perbankan juga melakukan pembayaran utang sekitar US$ 753 juta, disusul lembaga keuangan bukan bank US$ 271 juta.
Ekonom PT Samuel Aset Manajemen Lana Soelestianingsih mengatakan, utang pemerintah tahun ini memang banyak yang jatuh tempo, baik dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN) maupun dalam bentuk bilateral.
"Pemerintah sudah bayar utang lumayan. Ini bagus, karena mampu dibayar tepat waktu," jelas Lana, Selasa (17/4/2018).
Kemampuan membayar utang ini akan menjaga kepercayaan investor. Apalagi, belakangan ini Indonesia mendapatkan kenaikan peringkat utang dari Moody's, Japan Credit Rating, serta Rating and Investment Information, Inc ke satu level di atas invesment grade.
Baca: Rencana Pembangunan Bandara Soekarno-Hatta II Bikin Karawang Jadi Incaran Investor
Hal ini bakal menurunkan biaya utang, baik dalam maupun luar negeri.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan, selain ULN yang semakin sehat, data utang terbaru juga menunjukkan ekspansi di sektor swasta. Ini tercermin dari utang perusahaan bukan lembaga keuangan yang meningkat.
Menurut Josua, peningkatan ULN sektor listrik, air & gas dipengaruhi peningkatan investasi publik khususnya pembangunan infrastruktur yang belakangan terjadi.
"Kenaikan ULN sektor pengolahan seiring meningkatnya permintaan ekspor produk manufaktur Indonesia seiring perbaikan ekonomi global. Ini bagus bagi perekonomian nasional," jelasnya.