Bulan Ini Rupiah Sulit Menembus Level Psikologis Rp 14.000 Per Dolar
Fakhrul menuturkan, ke depan nilai tukar rupiah berpotensi tembus ke level Rp 14.000 per dollar AS.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Kontan, Intan Nirmala Sari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelemahan nilai tukar rupiah, semakin mendekati level psikologis Rp 14.000 per dollar Amerika Serikat (AS).
Sementara, berdasarkan data RTI pada Sabtu (21/4) pukul 23.09 WIB, nilai tukar sudah berada di level Rp. 13.922 per dollar.
Ekonom Trimegah Sekuritas Fakhrul Fulvian menilai, penyebab pelemahan rupiah pada penutupan pekan lalu, akibat tingginya pembayaran utang korporasi dalam bentuk dollar sepanjang April.
Khususnya oleh perusahaan besar penggerak bursa, yang mana jumlahnya menembus US$ 1 miliar dalam sebulan.
"Repatriasi deviden di Mei dan kenaikan US treasury yield, seiring dengan naiknya ekspektasi inflasi juga turut berpengaruh. Apalagi, harga minyak dunia semakin menunjukkan peningkatan," ungkapnya kepada Kontan.co.id di Jakarta, Minggu (22/4/2018).
Berdasarkan grafik yang diterima KONTAN, sebanyak 100 perusahaan besar penggerak bursa, secara total telah mengeluarkan US$ 1,12 miliar untuk bayar utang korporasi sepanjang April 2018.
Fakhrul menuturkan, ke depan nilai tukar rupiah berpotensi tembus ke level Rp 14.000 per dollar AS.
Namun, kecenderungan tersebut diperkirakan tidak akan terjadi di bulan April ini.
Menurut dia, selama Bank Indonesia (BI) masih hati-hati dalam menggunakan cadangan devisanya, ekspektasi yang positif untuk ekonomi Indonesia akan terjaga, termasuk nilai tukar.
"Kami melihat, pelemahan ini masih dalam tahap dan wajar. BI juga akan komit dalam menjaga volatilitas rupiahnya," kata Fakhrul.
Baca: Jadi Rebutan Selfie dan Tanda Tangan Pengunjung, Monster El Toro Loco Bintang Pameran IIMS 2018
Sementara itu, volatilitas diperkirakan masih akan berlangsung hingga Mei, menunggu hasil rapat bulanan Bank Sental Amerika Serikat (AS) atau Federal Open Market Committee (FOMC).
Dengan begitu, harapannya pergerakan nilai tukar rupiah dapat kembali stabil pada Juni.
Di sisi lain, dia menilai, masih ada hal yang hilang dari perekonomian Tanah Air. "Momentum pertumbuhan ekonomi, kita butuh yang lebih tinggi lagi," pungkasnya.