Rupiah Loyo sampai Dekati Rp 14.000, Agus Marto Minta Tak Perlu Khawatir
Depresiasi rupiah yang terjadi akhir-akhir ini lebih disebabkan oleh penguatan mata uang dolar AS terhadap hampir semua mata uang dunia.
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Nilai tukar rupiah rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan Kamis (3/5/2018) kembali melemah.
Melansir Bloomberg, pada pembukaan perdagangan hari ini, rupiah melemah ke level Rp 13.955 per dolar AS. Secara year to date, pelemahan rupiah mencapai 3,05 persen.
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo menilai, pelemahan rupiah terhadap dolar AS adalah hal yang wajar, pasalnya depresiasi rupiah yang terjadi akhir-akhir ini lebih disebabkan oleh penguatan mata uang dolar AS terhadap hampir semua mata uang dunia. Karena itu, Agus meminta publik tak perlu risau dengan pelemahan rupiah.
“Tidak perlu khawatir, BI selalu ada di pasar. Kalaupun ada tekanan, itu juga dialami mata uang lain,” ungkap Agus saat ditemui di Bank Indonesia, Kamis (3/5/2018).
Lebih lanjut, Agus menjelaskan kendati rupiah mengalami depresiasi, tak hanya melihat dari sisi nominalnya saha, melainkan juga nominalnya. Bank sentral, kata Agus akan tetap menjaga agar volatilitas tetap dalam batas wajar.
“Kalau persentase depresiasi satu persen misalnya, kelihatannya besar untuk rupiah. Padahal yang harus dilihat adalah persentase,” imbuh dia.
Baca: Tingkat Korupsi Pegawai Pemkab, Pemkot, dan Pemprov Lebih Tinggi Dibanding Anggota DPR dan DPRD
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada berpendapat, penguatan rupiah cenderung tertahan lantaran masih adanya peluang kembali terapresiasinya dolar AS menjelang pertemuan The Fed.
Tidak hanya itu, perkiraan akan membaiknya ekonomi AS dan masih adanya penilaian akan perlambatan ekonomi di Zona Eropa memberikan dorongan pada laju dolar AS. Akibatnya rupiah pun kian terhempas.
Di sisi lain, kata Reza, pergerakan rupiah diperkirakan masih rentan terjadinya pelemahan seiring masih tingginya volume beli pelaku pasar terhadap dolar AS.
Ada pun, sentimen dari dalam negeri mengenai rilis data inflasi yang tercatat lebih rendah dari bulan sebelumnya tampaknya belum membuat laju rupiah mampu kembali menapak di zona hijau.
“Diharapkan sentimen dari dalam negeri dapat lebih positif untuk menarik minat pelaku pasar terhadap Rupiah sehingga pelemahannya dapat tertahan,” ujarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.