Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Masa-masa Berat Rupiah Ternyata Belum Lewat

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot melemah 0,4% ke posisi Rp 14.003 per dollar Amerika Serikat (AS).

Editor: Sanusi
zoom-in Masa-masa Berat Rupiah Ternyata Belum Lewat
Tribunnews/JEPRIMA
Seorang karyawan saat menghitung mata uang dalam bentuk pecahan Rp 50.000 dan pecahan Rp 100.000 di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat, Selasa (24/4/2018). Nilai tukar rupiah dipasar spot ditutup menguat 86 poin atau 0,62% ke level Rp 13.889 per dolar AS. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masa-masa berat ekonomi Indonesia belum lewat. Selain pertumbuhan ekonomi yang stagnan akibat kelesuan daya beli, laju pelemahan rupiah berbarengan dengan lonjakan harga minyak bumi menjadi tantangan serius ekonomi dalam negeri.

Kemarin, rupiah akhir menembus level psikologisnya. Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot melemah 0,4% ke posisi Rp 14.003 per dollar Amerika Serikat (AS). Ini jadi posisi terlemah rupiah selama 28 bulan terakhir. Hari ini pun rupiah kembali melemah ke Rp 14.043 per dollar AS.

Saat bersamaan, harga minyak West Texas Intermediate (WTI), naik 1,2% menjadi US$ 70,56 per barel. Ini adalah posisi tertinggi harga minyak dalam 30 bulan terakhir.

Baca: Unggah Foto Bareng Pengawal, Ibu Ayu Ting Ting Dibilang Sombong

Ihwal pelemahan rupiah, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2018 yang hanya 5,06% menjadi salah satu katalis negatif. Sebelumnya, pemerintah optimis pertumbuhan ekonomi kuartal I-2018 bisa mencapai 5,2%.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, ekspor yang masih di bawah prediksi membuat pertumbuhan ekonomi tak maksimal. Belum lagi, daya beli masyarakat belum membaik.

Tetapi, memang, tekanan terbesar bagi mata uang Garuda masih berasal dari sisi eksternal. Perbaikan ekonomi AS telah menguatkan otot dollar AS terhadap hampir semua mata uang dunia. Kemarin, indeks dollar AS menguat mencapai level 92,81, tertinggi sejak Desember 2017.

"Permintaan dollar pun naik dan membuat sebagian besar mata uang dunia ikut melemah," kata dia, Senin (7/5).

Berita Rekomendasi

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menghitung, jika mengacu pada fundamental ekonomi Indonesia saat ini, level wajar rupiah saat ini adalah 13.600-13.700 per dollar AS. Dia juga mengingatkan, pelemahan rupiah juga bukan yang terburuk.

Sepanjang tahun ini, rupiah melemah 3,29% terhadap dollar AS, sementara rupee India sudah terkoreksi 5,11%.

Analis Monex Investindo Putu Agus Pransuamitra berharap, Bank Indonesia (BI) terus menjaga rupiah lewat intervensi pasar. Apalagi posisi cadangan devisa masih mencapai US$ 126 miliar. Namun, menaikkan suku bunga acuan lebih efektif meredam pelemahan rupiah. "Tentu jika semua instrumen gagal menguatkan rupiah," ujar Putu.

BI juga harus melakukannya pada timing yang tepat agar tidak terlambat seperti Bank Sentral Argentina yang mengerek suku bunga tiga kali sepekan terakhir. Prediksi Putu, akhir Mei, rupiah bisa menyentuh 14.120 per dollar AS.

David melihat, BI tidak akan terburu-buru menaikkan bunga acuan. Proyeksi dia, BI mengerek bunga acuan pada semester II-2018, setelah ada kepastian tentang kenaikan suku bunga AS, Juni 2018.

Berita Ini Sudah Dipublikasikan di KONTAN, dengan judul: Masa-masa berat rupiah belum lewat

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas