Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Melalui Dodol, Cara Kutong Melestarikan Budaya Betawi

Jelang hari raya lebaran ini, Kitong mrmengaku harus menyiapkan 6-8 ton beras ketan

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Melalui Dodol, Cara Kutong Melestarikan Budaya Betawi
Tribunnews/Eko Sutriyanto
Kutong 

TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Jelang Lebaran seperti sekarang ini, permintaan dodol Betawi meningkat pesat.

Salah seorang pembuat dodol Betawi, Kutong (56), warga Gunung Sindur mengaku harus menyiapkan 6-8 ton beras ketan.

Bahkan, dia yang menggiling bahan dan menggunakan alat sendiri.

"Saat awal puasa, pekerjanya paling lima orang. Ada tiga orang kerja dari tetangga sama anak-anak saya. Tapi kalau sudah seminggu jelang lebaran, yang kerja juga tambah banyak. Sekitar 10 orang lah," ungkap Kutong di Bogor belum lama ini.

Dapur pembuatan dodol dan kue keranjang ada di belakang rumah Kutong dengan luas kira-kira 15x5 meter.

dodol betawi
Dodol Betawi Pak Kutong

Di dalamnya terdapat satu wajan untuk membuat dodol, dua alat pengukus berukuran besar  membuat kue keranjang alias kue Cina.

Dodol dan kue keranjang yang sudah jadi dikemas dalam sebuah wadah plastik.

Baca: Cerita Ridwansyah, Pria Perkasa Pengaduk Dodol Betawi

Berita Rekomendasi

Untuk dodol dikemas dalam lipatan plastik transparan yang memanjang sedangkan untuk kue keranjang dikemas dalam plastik transparan berbentuk mangkuk.

Untuk harga, Kutong menjual dodol seharga Rp 55 ribu per kilogram.

Satu kilogram dibagi menjadi dua kue.

Sedangkan untuk kue keranjang, per kilo dijual seharga Rp 26 ribu dan perkilonya dibagi menjadi dua kue.

"Tapi kalau harga di luar itu sekitar Rp 60-70 ribu per kilogram untuk dodol. Kalau kue keranjang sektiar Rp 30-35 ribu per kilogram," kata Kutong.


Tentang rahasia larisnya, ia menyebut pilihan kayu bakar sangat menentukan.

"Kayunya harus kayu rambutan, karena kalu bukan kayu rambutan rasanya beda," kata Kutong mengungkap sedikit rahasia dapurnya.

Kue produksi usaha rumahan ini dijual sampai ke Jabodetabek.

"Saya pakai ketan asli, nggak dicampur-campur. Sebulan juga kuat, asal naronya benar, sebulan juga nggak bulukan," katanya.

Boedie Soekarno, seorang pelanggan mengakui kelebihan dodol buatan Kutong.

"Saya jualan dodol dari Pak Kutong ini. Dodolnya agak beda ya, lebih enak. Kalau pelanggan sih carinya produk Pak Kutong ini," kata Boedie Soekarno.

Kutong sediri mengaku akan terus melestarikan bisnis dodol dan kue keranjangnya ini karena selain berbisnis, ia juga ingin melestarikan budaya Betawi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas