Siap Kuasai Saham Freeport, Indonesia Keluarkan 3,85 Miliar Dolar AS
Rini Soemarno menyebutkan nilai pembelian saham Rio Tinto adalah sebesar 3,85 miliar dolar AS.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Langkah akhir divestasi 51 persen saham PT Freeport Indonesia (PT FI) ke pemerintah telah berhasil dilakukan pemerintah.
Hal terbesut ditandai dengan ditandatanganinya penandatanganan pokok-pokok perjanjian atau head of agreement atas penjualan saham FCX di Indocooper dan hak partisipasi Rio Tinto di PT FI ke Inalum selaku kepala holding BUMN tambang.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno menyebutkan nilai pembelian saham Rio Tinto adalah sebesar 3,85 miliar dolar AS.
"Jadi kita mengambil alih saham. Inalum itu akan mengambil alih interest dari Rio Tinto dan 100 persen dari Indocopper yang ditambah milik negara jadi 51,38 persen. Nah total nilainya 3,85 miliar dolar AS," ungkap Rini saat konferensi pers di Kementerian Keuangan, Kamis (12/7/2018).
Pembelian saham Rio Tinto ini karena Rio Tinto memiliki perjanjian usaha patungan untuk mengerjakan proyek Grasberg dengan Freeport McMoran.
Baca: Canda TGB Ketika Berkunjung ke Kantor Redaksi Tribunnews.com
Lebih lanjut, Rini Soemarno pun menyebutkan tahap ini merupakan perjanjian yang mengikat yang kemudian akan meneruskan langkah-langkah divestasi lainnya seperti membentuk perusahaan gabungan atau join ventur, transaksi hingga penerbitan izin usaha pertambangan khusus (IUPK).
"Perjanjian ini mengikat dong tapi jangan lupa IUPK yang akan dikeluarkan setelah divestasi diselesaikan," ungkap Rini Soemarno.
Sementara itu Menteri Keuangan Sri Mulyani di kesempatan yang menyebutkan dengan adanya perjanjian ini diharapkan dapat menjaga iklim investasi, memberikan kepastian kepada investor yang berinvestasi di Indonesia
“Diharapkan partnership diantara FCX dan Inalum dan pemerintah baik daerah dan pusat akan mampu meningkatkan kepastian dalam lingkungan operasi, kualitas dan nilai tambah industri ekstraktif," ucap Sri Mulyani.