Kepala Bappenas Klaim Tingkat Kemiskinan Saat Inilah yang Terendah Sepanjang Masa
"Itu terendah pas Orde Baru karena pas saat itu ekonomi sedang bagus-bagusnya pertumbuhan ekonomi mencapai 7 sampai 8 persen,'' ungkap Bambang
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Kontan, Sinar Putri S.Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang PS Brodjonegoro menilai penurunan angka kemiskinan Indonesia pada Maret 2018 itu merupakan terendah sepanjang masa. Angka kemiskinan sebelumnya pernah terendah pada masa Orde Baru yakni tahun 1996 sebesar 11,3%.
"Itu terendah pas Orde Baru karena pas saat itu ekonomi sedang bagus-bagusnya pertumbuhan ekonomi mencapai 7 sampai 8 persen,'' ungkap Bambang di kantornya, Kamis (19/7/2018).
Tapi, setelah itu saat krisis yakni 1998 dan 1999 angka kemiskinan melonjak menjadi 24,3% dan 23,42% .
Bambang mengaku sejak saat itu upaya menurunkan angka kemiskinan tidak mudah. Penurunan yang cukup besar terjadi di 2005 yakni sebesar 15,97%.
Baru setelah itu penurunannya melandai, dan terus menurun pada 2014-2015.
Baca: Saat Membesuk SBY, Rizal Ramli Menyitir, Ekonomi Indonesia Sudah Setengah Lampu Merah
"Jadi dilihat pola kemikinan sebenarnya kalau Badan Pusat Statistik (BPS) bilang terendah sejak krisis, sebetulnya ini penurunannya terendah sepanjang masa," tegas Bambang.
Sekadar tahu saja, persentase tingkat kemiskinan Indonesia turun dan mencapai angka satu digit, yaitu sebesar 9,82% per Maret 2018.
Penurunan persentase kemiskinan tersebut juga diikuti penurunan jumlah penduduk miskin menjadi 25,95 juta penduduk, dibandingkan Maret 2017 dan September 2017 yang masing-masing sebesar 27,77 juta dan 26,58 juta penduduk.
Bambang berharap penurunanini terus terjadi sehingga bisa mencapai target Rencana Kerja Pemerintah atau RKP sebesar 8,5%-9,5% pada 2019.
Baca: Jambret Beraksi di Trotoar Depan Senayan City Rabu Malam, Samsung Galaxy Note 8 Melayang
Di kesempatan yang sama, Bambang juga menjelaskan garis kemiskinan nasional (GKN) pada Maret 2018 semakin mendekati Garis Kemiskinan Internasional.
Sebab untuk membandingkan angka kemiskinan antarkelompok negara, Bank Dunia menggunakan estimasi konsumsi yang dikonversi ke dalam US$ Purchasing Power Parity (PPP) atawa paritas daya beli.
"Jadi perlu diingat bukan menggunakan nilai tukar US$," kata Bambang.
Untuk negara lower middle Income, Bank Dunia menetapkan dua batasan kemiskinan Internasional yaitu US$ 1,90 PPP sebagai batas extreme poverty, dan US$ 3,20 PPP sebagai batas poverty.
Mengacu pada perhitungan tersebut, posisi GKN Indonesia pada Maret 2017 senilal Rp 374.478 per kapita/bulan atau setara US$ 2,34 PPP/hari. Sementara posisi GKN Indonesia pada Maret 2018 adalah Rp 401.220 per kapita/bulan setara US$ 2,50 PPP/hari.