Maskapai Garuda Tunda Rencana Penerbitan Obligasi Global
Helmi Imam Satriyon mengungkapkan, penundaan penerbitan obligasi tersebut lantaran perseroan masih mempertimbangkan kondisi pasar global
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Maskapai Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menunda rencana penerbitan obligasi global atau global bond senilai 750 juta dolar AS atau sekira Rp 10,8 triliun dengan asumsi kurs Rupiah 14.400 per dolar AS yang semula bakal diterbitkan tahun ini.
Direktur Keuangan Garuda Indonesia Helmi Imam Satriyon mengungkapkan, penundaan penerbitan obligasi tersebut lantaran perseroan masih mempertimbangkan kondisi pasar global yang saat ini masih lesu.
“Kami masih wait and see, lihat kondisi, diundur. Kemarin kita ada utang jatuh tempo sudah dilunasi dengan kas kami," kata Helmi di Jakarta, Senin (30/7/2018).
Menurutnya, dana surat utang tersebut rencananya akan dipakai untuk keperluan pembiayaan kembali (refinanancing) obligasi Rupiah yang jatuh tempo tahun ini.
Baca: Mahfud MD Sebut Koalisi Demokrat-Gerinda Batu Ganjalan Jokowi
Sebelumnya, Garuda juga sudah mengantongi izin untuk menerbitkan global bond tersebut melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada April 2018.
Untuk itu, kata Helmi, Garuda akan mencari sumber pendanaan baru untuk menutupi utang jangka pendek senilai 500 juta dolar AS melalui pinjaman sindikasi, sekuritisasi aset pendapatan maupun pinjaman bilateral.
“Sebesar 300 juta dolar AS dari pinjaman sindikasi, 200 juta dolar AS dari pinjaman bilateral," imbuh Helmi.
Diketahui, pada paruh pertama 2018, GIAA menekan kerugian hingga 58,55 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Pada semester pertama 2018, maskapai pelat merah itu mencatatkan rugi bersih sebesar 116,858 dolar AS atau setara dengan Rp 1,68 triliun sedangkan tahun lalu pada periode yang sama mencapai 281,92 dolar AS.