Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Akan Dimulai 2019, Tapi Masih Perlu Banyak Kajian
"Kita pengkajian mendalam soal TKDN agar digunakan cukup tinggi. Kita masih bicara terkait detilnya. Kemarin masih pre-FS, dapat indikasi biaya."
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya masih belum dimulai karena masih dilakukan sejumlah kajian.
Dirjen Perkeretapian Kemenhub, Zulfikri menuturkan bersama dengan Japan Internasional Corporation Agency (JICA) dan Badab Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) masih dikaji mengenai infrastruktur, model yang digunakan hingga pendanaan.
Zulfikri menjelaskan untuk mega proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya pemerintah tengah diusahakan agar tingkat komponen dalam negeri (TKDN) atau komponen dalam negeri lebih banyak digunakan.
"Kita pengkajian mendalam soal TKDN agar digunakan cukup tinggi. Kita masih bicara terkait detilnya. Kemarin masih pre-FS, dapat indikasi biaya. Kita akan coba," ujar Zulfikri di kantor Kementerian Perhubungan, Selasa (7/8/2018).
Kemudian, para stakeholders pun akan melakukan sejumlah survey untuk menentukan desain mana yang akan digunakan untuk pembangunan terutama pada bagian perlintasannya.
Baca: Tawaran Bebas Angsuran dan Kamera Mundur untuk Pembelian Truk Hino Dutro 130
"JICA akan melakukan detail survey lapangan untuk bisa mendapatkan desain yang lebih rinci lagi. Karena kemaren sebagai contoh ada 297 perlintasan sebidang flyover yang harus dibangun, kita belum liat ke site masing-masing. Apa butuh sebanyak itu bangun flyover," ungkap Zulfikri.
Tahap persiapan atau preparatory tersebut diperkirakan membutuhkan waktu tujuh bulan termasuk persiapan trase, analis mengenai dampak lingkungan (amdal) serta lelang untuk konsultan.
Sehingga ditargetkan pembangunan baru akan dimulai tahun 2019 dan selesai empat tahun lagi atau sekitar tahun 2021.
" Preparatory survey, sekitar 7 bulan. Ya mungkin baru 4 tahun baru kita selesaikan.
Ini sangat ditentukan hasil survei. Kita masih mencari biaya yang murah, murah dan cepat," pungkas Zulfikri.