Dari Dusun di Kabupaten Bantul Ini, Bakpia Japon Sembilan Tahun Bertahan di Tengah Gempuran Pesaing
Bakpia ini sudah hadir sejak tahun 2009 dan hingga sekarang usaha telah bertahan selama sembilan tahun lamanya.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Cemilan khas Yogyakarta yaitu Bakpia kini sudah hadir dengan berbagai macam brand dan rasa.
Satu diantaranya adalah Bakpia Japon, yang diproduksi di Dusun Lopati, Desa Trimurti, Srandaan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Bakpia ini sudah hadir sejak tahun 2009 dan hingga sekarang usaha telah bertahan selama sembilan tahun lamanya.
Pemilik dari bakpia ini adalah sesuai dengan nama Bakpianya yakni Pak Japon. Sayangnya beliau sedang tidak ada dirumahnya yang juga pabrik pembuatan saat Tribunnews.com dan rombongan mengunjunginya.
Pak Japon sedang menunaikan ibadah haji bersama dengan istrinya, dan akhirnya kami bertemu dengan Dwiyanto anak dari Pak Japon.
Dwiyanto menyebutkan cara untuk terus bertahan adalah dengan mempertahankan cita rasa. Adapun ciri khas yang membedakan dari bakpia lainnya adalah ketebalan pada bagian isi bakpia.
Baca: W175 Custom Flattrack Mejeng di GIIAS 2018: Biaya Modifnya Mulai dari Rp 25 Juta
Baca: Bikin Penasaran, Penghasilan yang Didapat SPG yang Tampil di GIIAS Ternyata Segini
Kalau lebih tebal menurut Dwiyanto saat digigit akan menjadi lebih legit sehingga komposisi kacang hijau 50 persen dan gulanya 50 persen.
"Kita menjaga kualitas, isinya di sini lebih kempel yang lain hambar karena gula kacang 50 persen 50 persen, kalau yang lain kebanyakan perasa disini asli kacang hijau sama gula pasir," ujar Dwiyanto saat ditemui di kediamannya, Rabu (8/8/2018).
Selain itu untuk meningkatkan produksinya, Bakpia Japon mengambil pinjaman dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM).
Baca: Artis Sinetron Cantik Ini Jadi Bintang-nya SPG di Booth Suzuki
Dengan mengambil pinjaman sekitar mulai dari Rp 100 juta lalu meningkat lagi Rp 230 juta yang digunakan untuk membeli mesin pembuat kulit sehingga yang sebelumnya memproduksi satu hingga dua sak perhari menjadi sekitar empat sak per hari.
Adapun satu sak produksi terdiri dari seribu buah bakpia, satu bakpia dihargai Rp 1.000 sehingga yang tadinya sekitar dua juta rupiah menjadi sekitar empat juta rupiah.
"Kalau sepi palingan cuma dua sak. Kalau lebaran bisa sampe delapan sak perhari. Produksi terus tiap hari. Tadinya masih manual, sekarang sudah ada mesin, ada empat mesin penggiling buat kulit," kata Dwiyanto.
Mereka juga menambah jumlah karyawan yang sebelumnya 20-an menjadi 35 hingga 40 dengan jam kerja dari jam 08.00 pagi hingga jam 16.00.
Kemudian Bakpia Japon juga menambahkan variasi rasa agar lebih disukai pembeli seperti cokelat, strawberry, durian, serta pandan.
Tidak hanya memproduksi untuk Bakpia Japon, mereka juga memproduksi untuk brand-brand bakpia lainnya serta untuk memenuhi kebutuhan keraton.