Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Analisis HIPMI Jaya Soal Penyebab dan Solusi Atas Posisi Tukar Rupiah Terhadap Dolar Saat Ini

pemerintah perlu secara intensif mengurangi import migas yang merupakan penyumbang terbesar defisit transaksi berjalan.

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Analisis HIPMI Jaya Soal Penyebab dan Solusi Atas Posisi Tukar Rupiah Terhadap Dolar Saat Ini
Tribunnews/JEPRIMA
Seorang karyawan saat menunjukkan mata uang asing dalam bentuk pecahan 100 dolar AS di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat, Selasa (24/4/2018). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Bidang Ekonomi, Keuangan dan Perbankan HIPMI Jaya, Ramdhan Anggakaradibrata punya analisis terkait posisi tukar Rupiah atas US Dolar saat ini.

Diketahui, posisi rupiah terhadap dolar Amerika berada pada nilai yang terendah selama tahun 2018.

Ramdhan menilai, tekanan pada rupiah terus terjadi, kali ini tekanan terbesar berasal dari krisis yang terjadi di Turki.

Sentimen negatif investor asing saat ini kepada negara emerging market terjadi di tengah resiko perang dagang dan krisis di Turki, sehingga investor lebih memilih Safe Haven Asset seperti US Dolar, Emas dan Obligasi.

"Ditambah lagi tekanan pada Lira itu sendiri yang juga berimbas pada mata uang emerging market lainnya termasuk Indonesia, kata Ramdhan Anggakaradibrata," kata dia, dalam keterangan pers yang diterima, Selasa (14/8/2018).

Menurut data Bank Indonesia, saat ini defisit transaksi berjalan Indonesia sudah mencapai US $ 8 Milyar pada Q2 2018, atau mencapai 3% dari PDB. Sementara untuk perdagangan migas, tercatat defisit di Q2 mencapai USD 4,3 M.

Muh Aaron Sampetoding, Wakil Ketua Umum HIPMI Jaya, berpendapat berbagai upaya pilihan solusi, saat ini sedang dilakukan pemerintah.

Berita Rekomendasi

Namun dengan meningkatnya suku bunga acuan AS, HIPMI Jaya menilai pilihan yang harus ditempuh tidak banyak.

Sehingga, katanya pemerintah perlu secara intensif mengurangi import migas yang merupakan penyumbang terbesar defisit transaksi berjalan.

"Kami sudah melihat potensi energi terbarukan sebagai solusi masa depan Indonesia dan juga peluang usaha baru. Hal ini diharapkan mampu untuk menjaga surplus neraca perdagangan di sektor migas," katanya.

"Terlebih ekonomi kita harus mengurangi ketergantungan dari minyak, pembangkit listrik diesel segera diganti biodiesel atau energi terbarukan lainnya yang raw materials-nya dari dalam negeri," tutupnya Aaron.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas