Langkah Pemerintah Tangani Kebijakan Ekonomi Makro Sudah Tepat
Penasehat ASEAN bidang perdagangan internasional itu mengatakan, Indonesia harus memiliki sumber daya manusia yang paham
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar perdagangan internasional Shanti Ramchand Shamdasani menilai, langkah pemerintah Indonesia sudah tepat dalam mengambil kebijakan ekonomi makro untuk bersaing dengan negara lain termasuk kenaikan nilai tukar dollar Amerika Serikat yang melonjak.
Shanti yang merupakan calon anggota DPR RI Partai NasDem Dapil DKI Jakarta 2 itu, mengatakan tidak ada negara dapat menghindar terkait kondisi ekonomi saat ini.
"Indonesia telah mengambil langkah-langkah yang tepat untuk bersaing bahwa kondisi ekonomi makro Dollar seperti itu dan kejadian adanya brexit dan lain-lain itu di luar kendali siapapun dan negara manapun," kata Shanti di Jakarta, Senin (3/9/2018).
Menurutnya, Indonesia telah siap menghadapi era globalisasi dengan usulan membangun "soft infrastructur" atau sumber daya manusia.
"Kita harus fokus ke anak muda salah satunya soal teknologi," katanya.
Penasehat ASEAN bidang perdagangan internasional itu mengatakan, Indonesia harus memiliki sumber daya manusia yang paham dan memanfaatkan teknologi, serta memaksimalkan pengelolaan sumber daya manusia.
Terkait kebijakan Indonesia terhadap ekonomi makro dunia diungkapkan Shanti, pemerintahan Joko Widodo telah berupaya berbagai cara dan Bank Indonesia tidak bisa mengintervensi cukup banyak.
"Untuk sementara ini, saya melihat tidak diperlukan intervensi Bank Indonesia karena cara yang diambil pemerintah sudah tepat," katanya.
Shanti menilai Indonesia cukup beruntung dibanding India yang terkena cukup besar akibat perekonomian dunia.
Shanti juga memperkirakan kondisi Indonesia akan tetap stabil hingga pelaksanaan pemilihan presiden (Pilpres) 2019 atau selama setahun mendatang.
"Saya melihat dalam satu tahun ke depan aman, namun tergantung gejolak ekonomi dunia, treat war salah satu faktor. Hubungan antara Tiongkok dengan regional," ujar Shanti.
Lebih lanjut dirinya mengungkapkan China Tiongkok sangat aktif memainkan perdagangan regional seperti perjanjian FTA mengenai perdagangan dengan beberapa negara sehingga berdampak besar terhadap negara lain.
Shanti juga menekankan pentingnya pemahaman hubungan Korea Utara dengan Amerika yang akan berdampak terhadap ekonomi "South Asia" di mana Indonesia menjadi 40 persen ekonomi kawasan itu.
Shanti mengingatkan tudingan pihak oposisi terkait kekhawatiran akan tingginya nilai dolar Amerika atas rupiah adalah wajar karena tidak berbasis data yang akurat.