Rupiah Sudah di Atas Rp 14.900, Ini Perintah Jokowi ke Menterinya
"Pembahasannya semakin rinci, semakin detil. Tadi jauh lebih banyak bicara mengenai ekspor," ujar Darmin
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo kembali memanggil sejumlah menteri ekonomi bersama Ketua Otoritas Jasa Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia, untuk mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ke Istana, Selasa 94/9/2018) .
Usai pertemuan, Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, ada beberapa upaya yang dilakukan pemerintah demi menjaga nilai tukar rupiah tidak semakin merosot terhadap mata uang negeri Paman Sam.
Darmin Nasution mengatakan, pertemuan hari ini merupakan kelanjutan dari pembahasan sebelumnya, dimana topik yang paling diangkat yaitu mendorong produk-produk dalam negeri untuk diekspor.
"Pembahasannya semakin rinci, semakin detil. Tadi jauh lebih banyak bicara mengenai ekspor," ujar Darmin di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (4/9/2018).
Baca: Nyaris Tembus Ambang Batas Psikologis! Sore Ini Rupiah Ditutup Melemah ke Rp 14.935 Per Dolar
Darmin menjelaskan, pemerintah telah melakukan pemilihan produk yang akan digenjot dipasarkan luar negeri dan akan segera diumumkan dalam waktu dekat ini.
"Jadi tolong jangan ditanya dulu, ada yang menyangkut sumber daya alam, termasuk batubara, ada juga yang menyangkut industri, ada yang menyakut
Baca: Duh Asyiknya! Keluarga Asal Pondok Cabe Pelesir Setahun Penuh Keliling Indonesia Naik Truk Caravan!
pariwisata," papar Darmin.
Baca: Perempuan Ini Tewas Overdosis Setelah Seks Oral dengan Kekasihnya yang Seorang Dokter
Selain menggenjot ekspor, pertemuan dengan Presiden juga membicarakan secara detil pelaksanaan pengunaan bahan bakar nabati atau biodisel 20 persen (B20), yang telah berlaku pada 1 September 2018.
"B20 sudah begitu siap dan ada Pertamina dan PLN tadi, dan PLN lebih banyak mengenai TKDN (tingkat komponen dalam negeri)," ucap Darmin.
Mantan Gubernur Bank Indonesia itu pun menyampaikan, pemerintah akan segera memutuskan sejumlah proyek infrastruktur yang akan ditunda hingga berapa lama, untuk menekan kegiatan impor komponen.
"Sudah ada list-nya, kita belum putuskan persinya (proyek) mana yang ditunda dan tetapnya berapa lama. List-nya agak banyak, dalam dua-tiga hari ke depan (diputuskan soal penundaan proyek)," papar Darmin.
Upaya mendorong ekspor hingga penundaan proyek infrastruktur yang banyak menggunakan komponen impor, diharapkan mampu memperbaiki neraca transaksi berjalan yang saat ini defisit 3 persen.
"Nanti kami harapkan ke arah 2,7 persen, tapi paling tidak kita ingin ini defisit turun," kata Darmin.
Cara pemerintah menekan kegiatan impor juga dengan peningkatan tarif pajak penghasilan (PPh) impor untuk 900 komoditas, dimana rencananya besok diumumkan dalam bentuk Peraturan Menteri Keuangan (PMK).
"Nanti diumumkan PMK-nya beso sore atau Kamis, akan segera kita umumkan PMK-nya," ucap Sri Mulyani di tempat yang sama.
Sebelumnya pemerintah telah mengenakan PPh impor terhadap 900 komoditas, yang tertuang dalam PMK 34 Tahun 2017 dengan rentang tarif antara 2,5 persen hingga 10 persen.
Menteri Perhubungan Budi Karya menuturkan, proyek yang ada di Kemenhub seperti MRT dan LRT didorong menggunakan produk lokal, dimana sekarang tingkat komponen dalam negerinya baru mencapai 60 persen.
"Ini yang akan saya manage nanti, jadi kita bisa memanage itu dengan mendirikan pabrik rel untuk LRT dan MRT, karena sekarang ini baja-bajanya masih impor semua," papar Budi.
Laju kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menyentuh level terendahnya dalam lima tahun terakhir ke posisi Rp 14.935 per dolar AS pada penutupan perdagangan hari ini.
Mengacu Bloomberg, dengan posisi tersebut, depresiasi kurs Rupiah meningkat menjadi 10,18 persen.
Sebelumnya, pada pembukaan perdagangan hari ini, kurs Rupiah dibuka melemah pada posisi Rp 14.822 per dolar AS.
Hari ini, mata uang garuda ditransaksikan pada kisaran Rp 14.780 hingga Rp 14.938 per dolar AS.