Strategi Citilink Menghadapi Pelemahan Nilai Tukar Rupiah
Maskapai Citilink telah menyiapkan langkah antisipasi untuk menghadapi nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Maskapai Citilink telah menyiapkan langkah antisipasi untuk menghadapi nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Direktur Utama Citilink Indonesia Juliandra Nurtjahjo menjelaskan langkah pertama yang diambil adalah meningkatkan penggunaan pesawat.
Peningkatan utilisasi diharapkan dapat menambah pendapatan untuk menutupi biaya operasi yang pembayarannya menggunakan dolar AS, seperti biaya sewa pesawat sebesar 30 persen dari biaya operasi dan pembelian bahan bakar yang mencapai 40 persen dari biaya operasi.
"Jadi kita menaikkan utilisasi itu juga salah satu upaya kita jadi dengan menaikkan utilisasi pesawat, utilisasinya tinggi maka cost-nya akan turun," ungkap Juliandra Nurtjahjo saat ditemui di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, Jumat (7/8/2018).
Nantinya penggunaan pesawat akan dinaikkan dari 10 jam per hari menjadi 11 jam per hari, dan dengan adanya penambahan kapasitas maka akan ada penambahan jumlah penerbangan terutama ke kota-kota besar.
"Kita sudah di angka 10 jam per hari dan kita akan menuju ke 11 jam. Dengan menambah frekuensi ke kota-kota terutama yang positif profit buat kita, kita naikkan frekuensinya," kata Juliandra.
Selain itu, Citilink juga mulai merambah penerbangan internasional untuk mendapatkan pemasukan selain rupiah dengan membuka penerbangan ke tiga kota di China yakni Xiamen, Kunming, dan Nanjing mulai Oktober mendatang.
"Jadi kita ingin menambah internasional karena ini adalah bagian dari strategi perusahaan memitigasi dampak dari depresiasi Rupiah. Sehingga kita harus bisa banyak mendapatkan yang dalam bentuk valuta asing," kata Juliandra.