Pejabat BI: Nilai Tukar Rupiah Jangan Dilihat dari Levelnya, Tapi Lihat Pergerakannya
"Jika angka bergerak hanya 8% seperti saat ini dibandingkan misalnya naik dari Rp 2.500 sampai ke Rp 15 ribu, ya jelas berbeda."
Penulis: Brian Priambudi
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Brian Priambudi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menegaskan tren terus merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjadi saat ini berbeda kondisinya jika dibandingkan kemerosotan nilai tukar rupiah yang terjadi pada krisis tahun 1998.
Departemen Internasional Bank Indonesia Doddy Zulverdi mengatakan. nilai tukar merupakan indikator relative price, sehingga angkanya akan selalu berbeda setiap tahunnya.
"Nilai tukar itu adalah satu indikator ekonomi relative price. Dia tidak bisa dilihat sebagai angka absolut. Jadi jangan disamakan karena angka Rp 15 ribu sekarang dibandingkan 20 tahun lalu jelas beda," kata dia di Forum Merdeka Barat (FMB) 9 di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta Pusat, Senin (10/9/2018).
Doddy menjelaskan, kesalahan pemahaman tersebut terjadi di berbagai pihak yang melihat nilai tukar mata uang sebagai angka psikologis.
Padahal, nilai tukar mata uang seharusnya dilihat pada pergerakan angkanya.
Baca: Awas, Pelemahan Rupiah Berpotensi Memicu Naiknya Harga-harga Pangan
"Jika angka bergerak hanya 8% seperti saat ini dibandingkan misalnya naik dari Rp 2.500 sampai ke Rp 15 ribu, ya jelas berbeda. Itu sangat jauh kenaikannya. Nilai tukar jangan dilihat dari levelnya, tapi lihat pergerakannya," kata dia.
Kondisi makro
Doddy juga menjelaskan kondisi ekonomi makro saat ini sangat berbeda dibandingkan yang terjadi pada 1998.
Baca: Beli Mobil Chevy, Ada Tawaran Bunga Nol Persen Selama Dua Tahun
"Tahun 98 berapa inflasinya? 78,2%, sementara sekarang hanya 3,2%. Tahun 98 berapa cadangan devisanya? 23,62 miliar USD, sementara sekarang 118,3 miliar USD. Tahun 98 berapa tingkat kredit macet? lebih dari 30%, sekarang hanya 2,7% dan trennya terus turun, dan lain sebagainya," ujarnya.