Cadangan Beras Mencukupi, Pemerintah Awasi Impor
Pengawasan terhadap impor beras yang nilainya cukup besar memang menjadi perhatian banyak pihak.
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian mengawasi impor beras.
Hal itu dilakukan agar tidak ada penyelundupan impor beras.
"Untuk impor beras, Direktorat Bea Cukai akan bekerjasama dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian. Sehingga kita bisa lakukan secara transparan dan akuntabel," ujar Sri Mulyani, beberapa waktu lalu.
Pengawasan terhadap impor beras yang nilainya cukup besar memang menjadi perhatian banyak pihak.
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Rizal Djalil mengatakan sebagai auditor negara BPK bakal menelusuri keabsahan dokumen. Bahkan mendatangi Thailand sebagai negara asal impor, untuk memastikan beras tersebut memang dibeli dari luar negeri.
BPK juga menaruh perhatian pada waktu realisasi impor, agar tidak dilakukan saat petani lokal sedang panen.
“Tapi tolong jangan dilakukan kalau saat panen raya. Impor juga dengan cara yang benar, jangan saat BPK ngecek LC nya tidak ada. BPK menaruh perhatian serius terhadap komoditas beras", pungkas Jalil.
Keputusan impor beras dengan total jumlah 2 juta ton untuk tahun ini, diambil sebagai antisipasi pemerintah menjaga target inflasi 3,5 persen dengan mengawal stabilitas harga beras.
Kekurangan suplai beras dan minimnya Cadangan Beras Pemerintah, menjadi sumber masalah yang kerap mendongkrak harga beras di pasar.
Baca: Dikabarkan Sakit, Kini Istirahat Mat Solar Bajaj Bajuri Ditemani Suara Alat Berat Proyek Jalan Tol
Namun begitu kenyataan yang didapat Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Dirut Bulog Budi Waseso saat melakukan pengecekan di lapangan, cukup melegakan.
Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo Adi menegaskan, stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Jakarta melimpah.
Di tengah kemarau pasokan beras dari sentra penghasil padi masih terus berdatangan. Utamanya dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
“Beras bulog belum masuk ke Pasar Induk Beras Cipinang. Hingga kini pedagang belum mengambil beras dari Bulog,” kata Arief.
Ini yang menyebabkan serapan Operasi Pasar (OP) beras yang dilakukan Buog sejak 4 September lalu sangat rendah. Bulog ditugasi menggelontorkan 15 ton beras per hari. Kenyataannya yang terserap pasar hanya di kisaran 1.000 – 2.000 ton saja.
Akibatnya, gudang Bulog penuh. Dirut Bulog Budi Waseso mengaku bingung di mana harus menyimpan beras, jika impor beras kembali dilakukan.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menjelaskan, ini terjadi lantaran telah terjadi perubahan paradigma Pertanian Indonesia.
"Sekarang ada paradigma baru dengan menggunakan teknologi baru, kita meningkatkan tanam di musim kering yang biasanya 500 ribu ha menjadi 1 juta ha, naik dua kali lipat pada saat musim kering. Kata kuncinya adalah kita tetap produksi di musim kemarau", jelas Amran.
Dengan paradigma tersebut, kata Amran, stok dan harga beras di pasar terkendali karena produksi yang juga terjaga di musim kemarau.