Ribut-Ribut Impor Beras Bikin Menko Darmin Nasution Terheran-heran, Sebenarnya Ini Kronologinya
"Pada waktu itu, harga beras medium dilapangan rata-rata sudah naik jadi Rp 11.300 per kilogram. Seharusnya Rp 9.450 per kilogram"
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menko Perekonomian Darmin Nasution mengaku sangat heran dengan munculnya konflik antara Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukota dan Dirut Bulog Budi Waseso (Buwas), terkait kebijakan impor beras Pemerintah.
Darmin lalu memceritakan awal mula diputuskannya impor beras yang diputuskan oleh pemerintah tahun ini. Disepakati, beras yang akan diimpor sebanyak 2 juta ton.
Sebagai ketua kelas dari para menteri ekonomi di Kabinet Jokowi-JK, Darmin kemudian memanggil para menteri yang terkait dengan persoalan beras, berserta direktur utama Bulog untuk rapat bersama di kantor Kemenko Perekonomian.
Rapat yang dilakukan 15 Januari 2018 tersebut dihadiri semua pihak yang terlibat. Yakni, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Direktur Utama Bulog Budi Waseso.
Baca: Menteri Darmin Soal Impor Beras: Diputuskan Sama-sama Kok Sekarang Jadi Perdebatan
Rapat mengagendakan bahasan harga beras yang terus naik sejak akhir 2017 hingga awal 2018.
"Pada waktu itu, harga beras medium dilapangan rata-rata sudah naik jadi Rp 11.300 per kilogram. Seharusnya Rp 9.450 per kilogram," kata Darmin di kantor Presiden, Jakarta, Kamis (20/9/2018).
Mengantisipasi engan tingginya kenaikan harga beras tersebut, Darmin lalu meminta data stok beras ke Bulog untuk diketahui stok beras tersisanya hanya sekitar 903 ribu ton.
Baca: Menteri Enggartiasto-Kepala Bulog Saling Tuding Soal Impor Beras, Darmin Ragukan Data Kementan
"Sehingga waktu itu kita menggangap ini jadi masalah kalau (stok beras) di bawah 1 juta ton, karena konsumsi kita sebulan bergerak 2,3 juta ton sampai 2,4 juta ton secara nasional," papar Darmin.
Dalam rapat tersebut, Kementerian Pertanian menyebut akan ada produksi beras pada periode Januari hingga Maret 2018 sebanyak 13,7 juta ton.
Angka tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan nasional dan stok beras di Bulog.
"Karena sekarang sudah di bawah 1 juta ton stoknya, kita putuskan impor pada waktu itu, pada 15 Januari 2018 impornya 500 ribu ton, dengan catatan Maret kita cek lagi pada waktu panen raya. Ini semua sepakat impor," ujar Darmin.
Memasuki 19 Maret 2019, rapat kembali digelar dengan formasi dan topik yang sama. Saat itu, stok beras di gudang Bulog mengalami penurunan menjadi 590 ribu ton dan ini sudah menjadi lampu merah.
Semakin tipisnya stok beras tersebut dan dengan pertimbangan panen raya berakhir Maret 2018, rapat kembali menghasilkan kesepakatan impor beras sebanyak 500 ribu ton kembali.