Pendapatan Devisa Indonesia dari Sektor Pariwisata Masih di Bawah Thailand
sampai tahun 2019 sektor pariwisata membutuhkan investasi dan pembiayaan sebesar Rp 500 triliun.
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Menteri Pariwisata Arief Yahya mengakui, devisa di sektor pariwisata Indonesia saat ini masih tertinggal dari Thailand yang sudah mencapai 40 miliar dolar Amerika Serikat. Pada tahun ini saja, devisa yang dihasilkan sektor pariwisata Indonesia ditargetkan mencapai 17 miliar dolar AS, sedang tahun depan naik menjadi 20 miliar dolar AS.
“Thailand kita ibaratkan seperti Balinya Asean, devisanya sekarang sudah tembus angka 40 miliar dolar, kita baru bercita-cita mencapai 20 miliar dolar AS,” kata Arief Yahya, seusai Rapat Koordinasi Nasional Pariwisata III Tahun 2018 di Hotel Raffles, Jakarta, Rabu (26/9/2018).
Menteri Yahya mengatakan, saat ini yang menjadi kelemahan pengembangan destinasi pariwisata di Indonesia karena terkendalanya akses transportasi yang memadai karena luasnya wilayah di Indonesia, salah satunya ketersediaan bandar udara internasional.
Menpar menjelaskan, dengan adanya akses bandara internasional, wisatawan mancanegara akan lebih mudah menjangkau tempat wisata di tanah air selain itu juga akan mendatangkan investasi
. “Kebanyakan wisatawan mancanegara tidak mau transit, 60 persen inginnya penerbangan langsung. Kalau mau destinasi utama kelas dunia harus mempunyai bandara internasional,” imbuhnya.
Baca: Gubernur Anies Baswedan Resmi Cabut Izin Reklamasi di Teluk Jakarta
Yahya mengakui, Thailand menjadi contoh yang baik dari segi pemasaran, pengembangan destinasi hingga penyiapan sumber daya manusia di sektor pariwisatanya.
“Karena mereka sadar devisa pariwisata menyumbang lebih dari 20 persen PDB, itu yang kita perlu waktu, mental seperti orang-orang Thailand, tapi saya yakin dalam lima tahun masih bisa kita kalahkan,” katanya.
10 Destinasi Bali Baru
Pemerintah terus berupaya menggenjot devisa pariwisata. Sebab, saat ini sektor pariwsata menjadi salah satu sektor andalan penghasil devisa yang berpotensi bisa menutup ‘lubang’ defisit transaksi berjalan yang pada triwulan kedua tercatat defisit sebesar 8 miliar dolar AS atau 3,04 persen Produk Domestik Bruto.
Pemerintah juga telah menetapkan 10 destinasi pariwisata prioritas sebagai ‘Bali Baru’.
Arief mengungkapkan, sampai tahun 2019 sektor pariwisata membutuhkan investasi dan pembiayaan sebesar Rp 500 triliun.
“Hingga hari ini sudah diperoleh 30 persen dari Rp 500 triliun,” imbuhnya.
Sedangkan, selama periode 2019 - 2024, dibutuhkan investasi sektor pariwisata yaitu 120.000 hotel rooms, 15.000 restoran, 100 taman rekreasi, 100 operator diving, 100 marina, dan 100 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dengan melibatkan peran serta dunia usaha, serta program pembangunan 100.000 homestay dengan melibatkan UKM pariwisata.