Rupiah Anjlok ke Rp 15.000 Per Dollar AS, Ini Penyebabnya
Nilai tukar rupiah pada perdagangan siang ini tembus Rp 15.025 per dollar AS di pasar spot Bloomberg pukul 13.01 WIB
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan siang ini tembus Rp 15.025 per dollar AS di pasar spot Bloomberg pukul 13.01 WIB.
Jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan pada Senin (1/10/2018), rupiah telah melemah 114,5 poin atau 0,77 persen dari Rp 14.910 per dollar AS.
VP Economist PT Bank Permata Tbk Josua Pardede mengatakan, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS selain dipicu oleh penguatan dollar AS terhadap seluruh mata uang dunia pada perdagangan waktu AS tempo hari.
Ini juga diikuti oleh kenaikan imbal hasil atau yield obligasi pemerintah AS dan harga minyak dunia.
Di sisi lain, isu perang dagang antara AS dan China kembali memanas setelah AS mencapai kesepakatan perdagangan baru dengan Kanada dan Meksiko yang mengisyaratkan pembatasan barang-barang dari China.
"Tren kenaikan harga minyak dunia yang telah mencapai level 75 dollar AS per barel untuk WTI (West Texas Intermediate) dan menembus level 85 dollar AS per barel untuk Brent, berpotensi akan berdampak negatif bagi negara-negara yang notabene net-oil importer karena akan memberikan tekanan pada pelebaran defisit transaksi berjalan," ujar Josua ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (2/10/2018).
Berbagai sentimen global pun mendorong koreksi di pasar keuangan domestik. Sebab, terjadi aliran keluar dari dana asing baik melalui pasar obligasi maupun pasar modal.
Karena sentimen global yang cenderung risk-averse tersebut mendorong koreksi di pasar keuangan domestik yang didorong keluarnya dana asing di pasar obligasi dan pasar saham.
Imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) bertenor 10 tahun pun naik sekitar 9 bps menjadi 8,10 persen.
Ekonom Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengatakan, berdasarkan analisis model yang dilakukan, pelemahan rupiah terjadi akibat lonjakan harga minyak. Sebab, Indonesia bukan lagi bagian dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
"Sementara harga komoditas income seperti batu bara, CPO dan karet masih lemah," ujar Budi.
Adapun Ekonom Center of Reform on Economics Piter Abdullah mengatakan ketidakpastian di perekonomian global yang di perburuk oleh kondisi domestik akibat defisit transaksi berjalan (CAD) masih menjadi faktor utama dari kembali terdepresiasinya rupiah terhadap dollar AS.
"Jadi sangat tidak mengejutkan kalau hari ini rupiah melemah menembus Rp 15.000," ujar dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Penyebab Rupiah Anjlok ke Rp 15.000 Per Dollar AS"