Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Rupiah Tembus Rp 15.000 per dolar AS, Luhut : yang Perlu Diwaspadai Harga Minyak Dunia

Menanggapi pelemahan rupiah, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pelemahan rupiah hari ini bukan masalah besar

Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Rupiah Tembus Rp 15.000 per dolar AS, Luhut : yang Perlu Diwaspadai Harga Minyak Dunia
KOMPAS.COM/DANI PRABOWO
Luhut Binsar Pandjaitan. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang perdagangan Selasa (2/10/2018) menyentuh Rp 15.000 per dolar AS dan ditutup di level Rp 15.042 per dolar AS.

Menanggapi pelemahan rupiah, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pelemahan rupiah hari ini bukan masalah besar.

Baca: Dollar AS Kembali Tembus Rp 15.000, Sandiaga Sebut Karena Pemerintah Tak Lakukan Penghematan

Saat ini menurut Luhut, yang perlu dikhawatirkan apabila harga minyak dunia semakin melambung yang dapat membahayakan nilai tukar dan cadangan devisa karena Indonesia masih banyak melakukan impor khususnya untuk suplai BBM.

"Saya lihat nggak masalah, kita aja ribut-ribut jadi masalah. Yang perlu kita wasapadai harga minyak ini kalau naik 80-90 dolar AS itu apa yang harus kita lakukan," tutur Luhut.

Luhut pun tidak terlalu mempermasalahkan pelemahan rupiah kali ini, karena perekonomian Indonesia dalam kondisi yang baik dan inflasi masih rendah.

"Nggak papa, kan dolar Rp 15.000 kan dia naiknya bertahap... Inflasi kita jalan nggak? Ekonomi kita bagus nggak? Ya udah. Kalau inflasi kita ikut jelek ya kita ikut khawatir ya," papar Luhut saat ditemui di kantor Kemenko Maritim, Jakarta Pusat, Selasa (2/10/2018).

Berita Rekomendasi

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada September 2018 terjadi deflasi sebesar 0,18 persen. Adapun tingkat inflasi berdasarkan tahun kalender tercatat di level 1,94 persen dan inflasi secara tahunan sebesar 2,88 persen.

Baca: Pascagempa dan Tsunami, 49 Persen Jaringan BTS di Sulteng Sudah Pulih

Luhut juga mengatakan pelemahan nilai tukar tidak hanya dirasakan Indonesia tapi juga negara-negara lain akibat adanya kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menyebabkan adanya perang dagang.

"Jadi seluruh dunia memang agak lambat karena dunia lari ke AS gara-gara kebijakan Amerika dilihat naik ya, mereka liat lebih enak investasi di AS jadi terjadilah depresiasi itu," papar Luhut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas