Perlu Perubahan Paradigma Pelaku UKM
Dunia usaha memiliki kemampuan dan jejaring untuk membantu pengembangan sektor UKM agar lebih berdaya saing
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNNEWS.COM, JAKARTA - Hal terpenting dari pemberdayaan UKM adalah perubahan paradigma para pelaku UKM, dari yang awalnya berusaha hanya untuk makan sehari-hari (subsistence mindset) menjadi bekerja untuk bertumbuh (growth mindset).
Kunci dari perubahan ini adalah pengetahuan, yang bisa diperoleh secara vertikal dari perusahaan seperti Sampoerna maupun secara horizontal dari sesama pelaku UKM yang terkoneksi sebagai satu komunitas.
Pakar pemasaran Yuswohady menuturkan, saat ini merupakan momentum yang sangat tepat untuk memperkuat sinergi antara pemerintah dan dunia usaha dalam memberdayakan UKM di Indonesia.
Pasalnya, sektor ini masih memiliki potensi yang luar biasa untuk berkembang.
“Oleh karena itu, pemberdayaan ini harus dilakukan secara berkelanjutan dalam bentuk pengembangan kapabilitasmelalui pendampingan dan pemberian akses terhadap sumber daya produktif. Dengan demikian, mereka menjadi mampu memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi yang tersedia.” kata Yuswohady saat diskusi interaktif yang melibatkan pakar ekonomi, tokoh dunia usaha, serta pelaku dan komunitas UKM di Jakarta, Kamis (18/10/2018).
Untuk mengubah paradigma ini diperlukan pengetahuan, yang bisa diperoleh secara vertikal dari perusahaan seperti Sampoerna maupun secara horizontal dari sesama pelaku UKM yang terkoneksi sebagai satu komunitas.”
Danang Girindrawardana selaku Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) sepakat sinergi dan kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta sangatlah penting.
Baca: Ceramahnya Soal Prabowo-Sandiaga Jadi Perdebatan, Novel Bamukmin Beri Penjelasan
“Dunia usaha memiliki kemampuan dan jejaring untuk membantu pengembangan sektor UKM agar lebih berdaya saing,' katanya.
Untuk merealisasikannya, pendampingan dan pengembangan kapabilitas jangka panjang menjadi kunci.
"Bukan hanya dalam bentuk pelatihan dari hulu ke hilir, namun juga perlu ditindaklanjuti dengan membuka pasar untuk mereka,” kata Danang.
Danang berpendapat bahwa best practice pemberdayaan UKM oleh Sampoerna berpotensi untuk lebih diangkat sehingga dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk dikonseptualisasi menjadi suatu regulasi.
Akhirnya, sinergi antara sektor swasta dengan para pelaku UKM akan dapat diayomi oleh produk kebijakan.
Bagi Sampoerna, dukungan terhadap UKM adalah komitmen dan investasi jangka panjang. Sebagai bukti konkret, Sampoerna melalui Sampoerna Retail Community (SRC) telah mengembangkan 57 peritel di tahun 2008 hingga menjadi lebih dari 60.000 peritel di tahun 2018 dan tersebar di 408 kabupaten/kota di 34 provinsi di Indonesia.
Henny Susanto selaku Head of Commercial Business Development Sampoernamenerangkan, SRC merupakan program pembinaan Sampoerna terhadap peritel tradisional melalui edukasi penataan toko, strategi pemasaran, dan manajemen keuangan.
“Selain best practice dari internal perusahaan, banyak pula terapan ilmu pemasaran yang dibagikan kepada para mitra anggota SRC termasuk sharing session bersama pakar ternama di bidang pemasaran. Dukungan yang kami berikan dapat menumbuhkan kesadaran dan semangat para peritel tradisional untuk terus mengembangkan bisnis yang mereka miliki,” katanya.
Ketut Suarjana yang merupakan salah seorang mitra SRC asal Bali pun menuturkan pengalamannya selama bergabung dengan SRC.
“Berkat SRC, usaha saya menjadi berkembang dan mandiri. Kini saya sudah bisa menggerakkan komunitas sekitar untuk memajukan wirausaha mereka dan maju bersama-sama. Saya berharap kerja sama ini akan terus terjalin dengan baik, dan ke depannya akan lebih banyak peluang yang bisa diraih bersama SRC.”
Tak hanya itu, sejak 2007 Sampoerna juga memberikan pelatihan kewirausahaan kepada sekitar 40.000 orang melalui program Pusat Pelatihan Kewirausahaan Sampoerna (PPK Sampoerna).