Akselerasi Infrastruktur, Emiten Penyewaan Alat Berat Masih Prospektif
Posisi saham SKRN menjelang penutupan perdagangan sesi I hari ini berada di level Rp 1.250 per saham.
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Fajar Anjungroso

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Perusahaan penyewaan crane dan alat berat, PT Superkrane Mitra Utama Tbk (SKRN) dinilai analis masih cukup prospektif sebab pemerintah berkomitmen mengakselerasi pembangunan infrastruktur.
Posisi saham SKRN menjelang penutupan perdagangan sesi I hari ini berada di level Rp 1.250 per saham.
Angka tersebut masih 78,57 persen lebih tinggi dibandingkan saat perseroan melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) yang dipatok Rp 700 per saham.
Harga saham perusahaan penyewa alat berat untuk proyek infrastruktur ini sempat menyentuh Rp 1.620 per saham.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan bahwa fluktuasi yang terjadi pada saham emiten berkode SKRN tersebut hanya karena mekanisme pasar.
“SKRN itu hanya koreksi 1,18 persen (hingga siang ini). Itu semua karena jalannya mekanisme pasar,” kata saat dihubungi, di Jakarta, Senin (22/10/2018).
Baca: APPSI Tolak Pandangan Kenaikan Harga Dilakukan Pedagang Pasar
Nafan tersebut menyatakan bila dilihat secara industri, bidang usaha yang dijalankan oleh Superkrane masih sangat prospektif.
“Pemerintah berkomitmen melakukan akselerasi infrastruktur, seharusnya memberikan katalis positif bagi SKRN,” ujarnya.
Sekedar informasi, ketika IPO Superkrane melepas 300 juta saham atau setara 20 persen saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam perusahaan.
Harga pelaksanaan IPO Rp 700 per saham, sehingga perseroan meraup dana Rp 210 miliar. Merujuk harga saham perdana, kapitalisasi pasar Superkrane mencapai Rp 1,05 triliun.
Dana hasil IPO, sekitar 50 persen akan digunakan perusahaan untuk membayar uang muka crane baru, 25 persen untuk membayar utang, dan sisanya untuk modal kerja.