Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Polemik Data Beras, Pengamat: Harus Diselesaikan Hingga Akarnya

Suparji Ahmad menyarankan polemik perbedaan data beras baiknya diselesaikan hingga pada akarnya.

Editor: Sanusi
zoom-in Polemik Data Beras, Pengamat: Harus Diselesaikan Hingga Akarnya
ISTIMEWA
Data produksi beras Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018 dengan menggunakan metode penghitungan baru yang ditunggu-tunggu, akhirnya rampung. Hasilnya, diketahui Indonesia memilliki surplus produksi beras sebesar 2,8 juta ton. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Hukum Pidana Universitas Al-Azhar Suparji Ahmad menyarankan polemik perbedaan data beras baiknya diselesaikan hingga pada akarnya.

Suparji Ahmad, seperti dikutip dari Antaranews.com, di Jakarta, Selasa (23/10/2018) mengatakan, data yang menjadi polemik memiliki margin yang terlalu besar.

“BPK harus berani mengaudit secara menyeluruh. Selisih datanya begitu jauh dan ini menyangkut hajat hidup orang banyak,” tukas Suparji.

Hasil audit BPK menurut Suparji yang dapat dijadikan KPK sebagai data awal jika ada indikasi penyelewengan.

“BPK dan KPK harus saling koordinasi, apalagi sudah terlihat dari awal perbedaan datanya, bahkan seharusnya bisa lebih cepat diusut,” katanya.

Ketimpangan data ini terungkap setelah BPS merilis data surplus produksi beras 2018 yang hanya mencapai 2,8 juta ton, jauh di bawah data atau perhitungan Kementan. Berdasarkan laman resmi Kementan, surplus beras tahun ini sebesar 13,03 juta ton.

Baca: Satu Keluarga Tewas, Polisi Temukan Surat Wasiat: Aku Sudah Sangat Lelah, Maafkan Aku

Perhitungan tersebut dari produksi beras 2018 sebesar 80 juta ton atau 46,5 juta ton setara beras, sementara total konsumsi beras nasional hanya 33,47 juta ton.

Berita Rekomendasi

Pandangan senada disampaikan Pengamat Politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedillah Badrun. Ia menyebut ketidaksesuaian data wajar jika diselidiki.

Setiap lembaga survei di internal pemerintah menurutnya seharusnya saling berkoordinasi. Tak hanya dari soal pelaksanaan survei, tapi juga soal metodelogi yang tepat yang secara akademik dapat dipertanggungjawaban.

Dijelaskannya, ada dua kemungkinan jika di sebuah instansi memiliki data yang berbeda. Kemungkinan pertama adalah secara metodelogi ada yang keliru. Kemungkinan yang kedua ada suatu hal yang dipicu dari unsur kepentingan di balik angka tersebut.

Berita Ini Sudah Dipublikasikan di Wartakota, dengan judul: Polemik Data Beras, Pengamat Dorong BPK Audit Investigatif Kementan

 

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas