Keluarga Jusuf Kalla Kembangkan Bisnis Pembangkit Listrik Tenaga Air Lewat Bendera Kalla Energy
Kalla Energy memiliki dan mengoperasikan beberapa PLTA antara lain PLTA Poso 1, PLTA Poso 2, PLTA Poso 3, PLTA Kerinci, PLTA Malea, dan PLTA Mamuju
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Kontan, Ika Puspitasari
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Kalla Energy, salah satu unit bisnis Kalla Group tengah fokus mengelola pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
Kalla Energy memiliki sekaligus mengoperasikan beberapa PLTA antara lain PLTA Poso 1, PLTA Poso 2, PLTA Poso 3, PLTA Kerinci, PLTA Malea, dan PLTA Mamuju.
Total kapasitas PTLA milik Kalla Energy sebesar 1.980 mega watt (MW).
President Director Kalla Group Solihin Jusuf Kalla mengungkapkan perusahaan fokus dalam bisnis pengembangan PLTA Poso Energy yaitu Poso I, Poso II, dan Poso III dengan total kapasitas energi 600 MW serta memiliki total portofolio 1.500 MW.
Sementara untuk PLTA Mamuju memiliki potensi energi 450 MW, namun saat ini belum beroperasi. "Kami juga mengembangkan PTLA Malea menjadi 120 MW pada 2020," ujarnya, Kamis (8/11) malam.
Baca: Enam Produk Perawatan Kendaraan Genuine Ini Bikin Mobil Mitsubishi Selalu Oke dan Kinclong
Pembangkit listrik milik Kalla Energy juga dilengkapi dengan berbagai teknologi seperti weir and intake, waterway, penstock, powerhouse, tailrace, subtationhingga transimisi yang mampu memastikan kesediaan energi listrik agar sampai dengan baik kepada pelanggan.
Baca: Tata Motors Pasok 30 Unit Truk Dapur Lapangan untuk Korps Brimob
Dalam bidang energi, Kalla Group juga memiliki anak usaha PT Bumi Sarana Migas yang bergerak di bidang usaha minyak dan gas terutama dalam penyediaan infrastruktur baik dalam bidang storage maupun transportasi.
Saat ini, Bumi Sarana Migas tengah merintis kerjasama dengan perusahaan nasional dan multinasional untuk pengembangan proyek penyaluran LNG via virtual pipe dan diversifikasi bahan bakar serta mengurangi ketergantungan import bahan bakar nasional.
Solihin bilang, unit bisnis energi berkontribusi sebesar 30% dari total pendapatan yang diperoleh perusahaan.
Mampu menyusul kontribusi dari unit otomotif, bahkan untuk dua tahun ke depan unit bisnis energi ini dipandangnya akan menjadi tulang punggung perusahaan.