Sri Mulyani Sebut Penerimaan Negara Bagus, Penerbitan Surat Utang Dihentikan
Sri Mulyani memperkirakan, defisit APBN tahun ini sekitar 1,8-1,9 persen dari Produk Domestik Bruto, lebih rendah dari defisit APBN 2017.
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan, pemerintah membatalkan rencana untuk menerbitkan surat berharga negara berupata Surat Utang Negara (SUN) dan Sukuk Negara hingga akhir tahun ini. Hal itu, lantaran penerimaan negara sampai November 2018 sudah lebih baik.
Sri Mulyani memperkirakan, defisit anggaran APBN tahun ini sekitar 1,8-1,9 persen dari Produk Domestik Bruto, lebih rendah dari defisit APBN 2017.
“Kita sudah menyampaikan bahwa outlook untuk defisit tahun ini antara 1,8 - 1,9 persen. Kita lihat dari penerbitan kemarin dan alternatif pembiayaan yang kita miliki sudah mencukupi dari sisi formula, karena penerimaan sudah bagus,” kata Sri Mulyani di Hotel Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta, Kamis (22/11/2018).
Sebelumnya, pemerintah akan menerbitkan surat berharga negara untuk menambal pembiayaan anggaran 2018. Namun, realisasi pendapatan negara, tercatat masih lebih besar dari belanjanya hingga Oktober 2018.
Baca: Dikawal Kokam, Dahnil Anzar Penuhi Panggilan Penyidik Polda Metro Jaya
Realisasi pendapatan negara mencapai Rp 1.483,9 triliun atau 78,3 persen terhadap target APBN 2018. Sementara, realisasi belanja negara mencapai Rp 1.720,85 triliun atau 77,5 persen dari target.
Baca: Suara Umat Islam tentang Perda Syariah Akan Digaungkan di Acara Reuni 212
Bendahara Negara menyampaikan, dengan konsisi APBN yang makin baik, tentunya hal itu diharapkan akan menimbulkan kepercayaan terhadap perekonomian Indonesia. “Dengan corenya yang semakin baik, maka fundamental yang kuat, kita diharapkan mampu menjaga ekonomi dari ketidakpastian global,” kata dia.