Harga CPO Anjlok, BCA Tetap Salurkan Pembiayaan Baru ke Debitur Lama
Kredit baru akan tetap disalurkan kepada debitur lama yang memang sudah berkecimpung di sektor tersebut.
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Anjloknya harga minyak sawit mentah (CPO) yang menyentuh angka 420 per dolar AS per ton dari sebelumnya 530 per dolar AS per ton direspon Pemerintah dengan menghapus pungutan hasil ekspor CPO di tengah merosotnya harga dalam beberapa hari belakangan ini.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja menyatakan, pihaknya akan tetap menyalurkan pembiayaan ke sektor agrikultur di tengah merosotnya harga CPO.
Namun, Jahja memberikan catatan, kredit itu akan tetap disalurkan kepada debitur lama yang memang sudah berkecimpung di sektor tersebut.
Ia menyebut, dengan posisi harga CPO di level 410 per dolar AS masih cukup menguntungkan bagi debitur eksisting.
“Kita lihat pemainnya, kalau baru relatif kita tidak berani kasih pinjaman, kalau pemain lama mereka punya cost kan murah, jadi dengan 450 dolar per ton dia masih profitable, kalau ini masuh harus tetap didukung,” ujar Jahja, saat ditemui di sela acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Balai Sidang Jakarta, Selasa (27/11/2018).
Baca: Bolos Kerja Sampai Terlibat Perzinahan dan Penipuan, 33 PNS Dipecat
Untuk debitur baru, Jahja mengatakan belum bisa memberikan pinjaman, terlebih lagi jika perusahaan memiliki lahan sawit yang terbatas dan belum mempunyai pengolahan sawit sendiri.
“Untuk pemain baru atau lahannya nggak banyak, nggak punya Perjanjian Kerjasama (PKS), pengolahannya, ini kita ga berani kasih pinjaman,” tuturnya.
Baca: Peneliti: Ditekan Pasar, Tata Niaga Beras yang Dijalankan Pemerintah Tak Adil Bagi Petani
Asal tahu saja, BCA telah menyalurkan kredit BCA di sektor pertanian dan perkebunan per September 2018 mencapai Rp 30 triliun. Nilai ini tumbuh 12,1 persen sejak awal tahun.
Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per September 2018 kredit pertanian, perburuhan, dan perhutanan tumbuh 11,34 persen secara tahunan menjadi Rp 304,06 triliun dengan rasio kredit bermasalah yang membaik dari tahun lalu 2,06 persen menjadi 1,5 persen pada triwulan III-2018.