Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Jokowi Sebut Hilirisasi Industri Jadi Solusi Atasi Defisit Transaksi Berjalan, Manjurkah?

Presiden Joko Widodo di acara Kompas 100 CEO Forum menyatakan pentingnya mengembangkan hilirisasi industri.

Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Jokowi Sebut Hilirisasi Industri Jadi Solusi Atasi Defisit Transaksi Berjalan, Manjurkah?
TRIBUNNEWS/SYAHRIZAL SIDIK
Presiden Joko Widodo, dalam acara Kompas 100 CEO Forum, Selasa (27/11/2018). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Pemerintah Indonesia masih punya pekerjaan rumah cukup berat, menyelesaikan defisit transaksi berjalan yang saat ini terjadi.

Data Bank Indonesia (BI) menyebutkan, pada triwulan ketiga tahun ini, defisit transaksi berjalan naik menjadi 8,8 miliar dolar AS atau setara 3,37 persen Produk Domestik Bruto, lebih tinggi dibandingkan dengan defisit pada triwulan kedua sebesar 8,0 miliar dolar AS 3,02 persen terhadap PDB.

Menanggapi ini, Presiden Joko Widodo di acara Kompas 100 CEO Forum menyatakan pentingnya mengembangkan hilirisasi industri.

Tujuannya, agar komoditas yang diekspor tidak lagi berbentuk bahan mentah, melainkan sudah diolah dan memiliki nilai tambah.

Baca: Kini Lagi Tren, Treatment Peremajaan Vagina, Jangan Lupa Kenali Risiko-risikonya Ya!

Hilirisasi juga bertujuan untuk menguangi ketergantungan impor, sehingga diharapkan akan meneka defisit transaksi berjalan.

“Kunci kita mengurangi defisit neraca perdagangan maupun transaksi berjalan yang kita masih kedodoran, sudah saya sampaikan ke beberapa menteri agar hilirisasi indsutrialisasi digenjot, utamanya hasil-hasil tambang,” ujar Presiden Jokowi, Selasa (27/11/2018) di Balai Sidang Jakarta.

Baca: Dianggap Cocok Perankan Diva Dangdut karena Titi Kamal Punya Vokal Unik

Berita Rekomendasi

Menurut Presiden, saat ini sudah tersedia berbagai teknologi yang bisa mempermudah peningkatan nilai tambah bahan baku dalam negeri, misalnya komoditas batu bara.

“Batu bara sekarang bukan hanya dijual mentah-mentah jutaan ton, sekarang ada teknologi untuk batu bara kelas rendah menengah bisa dijadikan gas, bisa dijadikan minyak karena teknologi baru sudah berkembang,” tuturnya.

Tak Bisa Instan

Secara terpisah, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan butuh waktu yang tidak instan untuk menurunkan defisit transaksi berjalan.

Sebab, langkah-langkah yang telah dilakukan pemerintah untuk menekan defisit transaksi berjalan seperti menekan impor, mendorong ekspor dan mandatori biodiesel 20 persen belum akan terlihat hasilnya dalam jangka pendek.

“Pemerintah telah banyak lakukan untuk menurunkan defisit transaksi berjalan, langkah itu perlu waktu untuk bisa berdampak kepada transaksi berjalan,” kata Perry Warjiyo, Kamis (15/11/2018) di Kompleks Bank Indonesia, Jakarta.

Baca: Titi Kamal Diva Dangdut yang Langganan Jamu Hingga Naksir Brondong

Bank Indonesia, kata Perry juga telah menempuh kebijakan untuk menurunkan defisit transaksi berjalan dengan menaikkan tingkat suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,00 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14-15 November 2018. Sedangkan, suku bunga Deposit Facility dan suku bungan Lending Facility naik 25 basis menjadi 5,25 persen dan 6,75 persen.

Kenaikan suku bunga kebijakan tersebut juga untuk memperkuat daya tarik aset keuangan domestik dengan mengantisipasi kenaikan suku bunga global dalam beberapa bulan ke depan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas