Universitas Brawijaya Sukses Kembangkan Riset Minyak Atsiri Sampai Skala Industri
Institut Atsiri Universitas Brawijaya Malang berhasil mengembangkan penyulingan minyak atsiri dengan metode ekstraksi.
Editor: Choirul Arifin
Setelah diberikan training dan sertifikasi organik, mereka kemudian menjadi mitra bagi Martha Tilaar untuk pembelian bahan baku dengan harga fair.
"Saat ini kita tidak hanya jualan komoditi, tapi juga produk intermediate yang bisa memberikan 2 sampai 5 kali lebih besar keuntungan. Melalui ini kita juga bisa memberikan harga beli 20 persen lebih tinggi ke petani serta memberikan royalti ke kalangan kampus yang sudah melakukan riset," jelasnya.
Kolaborasi dan Inovasi
Ekstrak minyak atsiri dari Indonesia sangat digemari konsumen di Eropa dan dibeli dengan harga tinggi untuk berbagai kebutuhan pengobatan.
Direktur Inovasi Industri Ditjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti, Santoso Yudo Warsono mengatakan, atsiri saat ini intensif dikembangkan dengan melibatkan kalangan kampus seperti Universitas Brawijaya yang bekerja sama dengan Pemkab Blitar dan Trenggalek di Jawa Timur.
Bahan baku tanaman atsiri bisa dibudidayakan dengan memanfaatkan lahan kosong di antara tegakan tanaman hutan dan pekarangan. "Budidaya tanaman atsiri atau sariwangi ini juga membantu memberdayakan masyarakat sekitar hutan," ungkap Santoso.
Melalui kegiatan Focus Group Discussion seperti digelar Kemenristekdikti, masing-masing sektor seperti dunia industri bisa diajak berkolaborasi bersama para periset dari kampus untuk menghasilkan inovasi bersama.
"Indonesia saat ini menjadi negara nomor 4 penghasil minyak atsiri. Kita dorong lembaga litbang fokus pada kegiatan riset untuk bisa menghasilkan nilai tambah pada minyak tunggal ini. Teman-teman di Unibraw sudah berhasil meriset minyak atsiri skala lab ke skala industri meski dalam skala terbatas," ungkap Santoso.
"Karenanya, sekarang kita dorong agar ada kolaborasi bersama antara lembaga riset di kampus dengan industri dan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia," imbuh Sntoso.