Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Harga Avtur di Labuan Bajo Lebih Mahal Dibanding di Surabaya,Ini Penyebabnya

Pasalnya, supply bahan bakar pesawat di DPPU Komodo berasal dari lokasi yang cukup jauh, yaitu TTBM Ende yang berjarak sekitar 385 km

Penulis: Ria anatasia
Editor: Fajar Anjungroso
zoom-in Harga Avtur di Labuan Bajo Lebih Mahal Dibanding di Surabaya,Ini Penyebabnya
TRIBUNNEWS.COM/RIA A
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar saat mengunjungi DPPU Komodo, Labuan Bajo, Komodo, Kamis (3/1/2018). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia

TRIBUNNEWS.COM, MANGGARAI BARAT - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arcandra Tahar mengungkapkan harga avtur di Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Bandara Komodo, Labuan Bajo, NTT lebih mahal dibandingkan yang ada di Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Tengah.

Perbedaan harga tersebut disebabkan oleh faktor logistik. Pasalnya, supply bahan bakar pesawat di DPPU Komodo berasal dari lokasi yang cukup jauh, yaitu TTBM Ende yang berjarak sekitar 385 km dengan waktu tempuh selama dua hari (PP).

"Supply dari TBBM Ende, hampir 400 km, melalui darat. Harga avtur sedikit lebih mahal dibanding Surabaya, memang kita harus mempertimbangkan daya pengangkutan, logistik dan ada sedikit kenaikan harga," kata Arcandra saat meninjau DPPU Komodo, Kamis (3/1/2019).

Baca: Konsumsi Avtur di Bandara Komodo NTT Turun 10 Persen saat Tahun Baru

Direktur Logistik, Supply Chain, dan Infrastruktur Pertamina Ghandi Sriwidodo menambahkan, harga avtur tersebut berubah-ubah di setiap bulannya. Senada dengan Arcandra, kenaikan harga tersebut terkait biaya pengiriman dari lokasi yang cukup jauh.

"Masalahnya di transportation costnya, selisihnya beda-beda dikit tidak banyak," ucapnya.

Ketika Tribunnews.com mengecek situs Pertamina, Jumat (4/1/2019), harga avtur di Bandara Juanda, Surabaya sebesar US cent 63,2 atau Rp. 9.160 per liter. Sementara, di Bandara Komodo harganya US cent 70,6 atau Rp. 10.230

Berita Rekomendasi

Sementara itu, DPPU Komodo rencananya akan dipindahkan sekitar 100 meter dari lokasi sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya perluasan bandara Komodo.

"Dari laporan kemungkinan dipindah tidak jauh dari sini, tapi ketersediaan stok tetap kita jaga," pungkas Arcandra.

Untuk diketahui, volume penjualan DPPU Komodo – Labuan Bajo sejak Tahun 2015 sampai 2017 terus meningkat. Pertumbuhan tahun 2015 sampai 2016 sebesar 40 persen atau sekitar 800 KL, dan peningkatan tahun 2016 hingga 2017 sebesar 87,5 persen atau sekitar 2200 KL.

Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan penumpang dan frekuensi pesawat yang terus meningkat sejak tahun 2015 hingga saat ini dengan pertumbuhan penumpang 30-50 persen tiap tahun.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas