Signifikan Turunkan Inflasi Bahan Pangan, Indonesia Lampaui 12 Negara, Termasuk Jerman dan Kanada
Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2014 lalu angka inflasi mencapai 10,57 persen.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kekayaan alam yang melimpah membuat Indonesia dikenal sebagai negara agraris, pertanian pun menjadi salah satu fondasi dalam membangun perekonomian bangsa.
Sektor ini pun dianggap sebagai salah satu 'ladang' prestasi pemerintah dalam mensejahterakan rakyat.
Hal itu dibuktikan dengan pencapaian yang diperoleh pemerintah melalui Kementerian Pertanian selama empat tahun terakhir, khususnya pada rentang waktu 2014 hingha 2017.
Sektor pertanian Indonesia mengalami penurunan inflasi cukup signifikan.
Seperti yang disampaikan Menteri Pertanian RI Amran Sulaiman saat menerima jajaran manajemen Tribun Network di kantornya, di Kompleks Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta Selatan, Selasa (22/1/2019).
Dalam sesi bincang santai di dalam ruangannya itu, laki-laki yang akrab disapa Amran itu menjelaskan bahwa capaian penurunan inflasi mencapai angka 1,26 persen pada 2017 lalu.
Menurutnya, angka tersebut merupakan capaian 'pertama' dalam sejarah kementerian yang dipimpinnya.
"Ini menarik, prestasi mungkin pertama dalam sejarah republik ini, inflasi bahan makanan, kami (sejak) serah terima jabatan (angka inflasi dari) 10 persen (turun) menjadi 1 persen," ujar Amran.
Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2014 lalu angka inflasi mencapai 10,57 persen.
Kemudian mengalami penurunan sebanyak 88 persen hingga menyentuh angka 1,26 persen pada 2017, "Turun 88 persen, pertama dalam sejarah,".
Amran pun bangga dengan capaian prestasi yang telah diperoleh kementeriannya itu yang mengantongi 'rapor bagus' dari BPS.
"Inilah rohnya pertanian, inilah rapornya pertanian, selesai," jelas Amran.
Tidak hanya itu, capaian kinerja kementeriannya juga berhasil mengubah urutan penurunan tinggi inflasi bahan makanan Indonesia yang semula berada pada peringkat ketiga menjadi peringkat 15 di dunia dalam rentang waktu 2013-2017.
Ia mengatakan saat dirinya baru menjabat sebagai Menteri Pertanian, dirinya mendapatkan tanggung jawab untuk menurunkan angka tersebut yang awalnya berada pada 11,71 persen.
Tanggung jawab itu akhirnya bisa ia buktikan dengan penurunan angka inflasi menjadi 1,26 persen.
"Untuk masuk ke tingkat dunia, bisa dibayangkan inflasi pangan Indonesia waktu serah terima nomor 3 dunia tertinggi, ini tertinggi dunia inflasinya pada saat serah terima jabatan," kata Amran.
Raut wajahnya sangat semangat saat memaparkan capaiannya kepada para petinggi Tribunnews yang hadir, yakni Vice CEO Kompas Gramedia Media/Vice President of Regional News Directorate Sentrijanto, VP Entertainment News KG Media/Editor in Chief Tribunnews.com Dahlan Dahi, Newspaper Director Febby Mahendra, Wakil Pemimpin Redaksi Tribun Timur Tamsil, GM Business Warta Kota Gunawan Samiadji, GM Tribunnews.com Yulis Sulistyawan, serta General Manager Content Tribunnews Domu D Ambarita.
Ia kemudian melanjutkan, bahwa Indonesia kini telah mencapai angka penurunan tinggi inflasi melampaui negara maju seperti Jerman, Kanada, Belanda serta Jepang, termasuk beberapa negara tetangga.
"(Indonesia) melompati 12 negara, yang menarik adalah Netherland (Belanda) kita lompati, Jerman, Kanada, Jepang, Emirat Arab, Filipina, Malaysia, semua yang jagoan," papar Amran.
Melihat tingkat inflasi bahan makanan Indonesia yang turun secara signifikan, Amran pun mengaku optimis bisa mengalahkan negara lainnya, termasuk Amerika Serikat.
Bahkan dirinya yakin Indonesia bisa menempati peringkat nomor 1 penurunan tinggi inflasi mengalahkan Thailand.
"Nah ini (saya harap) nanti mengalahkan Amerika, Thailand dan kita akan geser semua, Amerika kita bisa kalahkan, ini kan 12 negara itu langsung kita patahkan, kalau kita lompat kita usahakan nomor 1 dunia," tegas Amran.
Amran kemudian menjelaskan alasan dibalik sikap optimisnya itu, terutama mengenai ambisinya untuk mengalahkan Thailand dalam penurunan tinggi inflasi.
Ia memiliki strategi untuk bisa mengalahkan capaian Thailand yang memiliki tingkat inflasi hanya sebesar 0,20 persen.
"Karena kenapa ? Ini akan kesulitan sekarang, melempar bawang dulu ke Indonesia tidak bisa, pasti produksinya anjlok petaninya kan, nah nanti dia kekurangan (stok bawang) harga dia naik, karena lemparannya Thailand ke Indonesia, makanya aku yakin kita kalahkan nanti," tutur Amran.
Lebih lanjut secara tegas ia menyatakan bahwa penurunan tinggi inflasi bahan makanan Indonesia tersebut merupakan hal utama penyumbang pertumbuhan ekonomi.
"Ini posisi nomor satu menyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia dan inflasi," pungkas Amran.
Saat mendengar pemaparan yang disampaikan Amran mengenai capaian kinerjanya sebagai Menteri, GM Tribunnews.com Yulis Sulistyawan pun merasa tertarik dengan apa yang disampaikan.
"Jadi penurunan inflasi itu terkait penurunan harga?," kata Yulis.
Amran pun tersenyum dan langsung menanggapi bahwa dampak penurunan inflasi memang berpengaruh positif pada kestabilan harga bahan makanan.
"Semua, kan harga stabil di bulan ramadan, harga stabil sudah 2 tahun berturut-turut, jadi terukur," papar Amran.
Penurunan harga tersebut berlaku pada sejumlah komoditas, diantaranya bawang dan cabe.
Ia menegaskan bahwa harga bawang dan cabe mengalami penurunan karena komoditas tersebut merupakan penyumbang inflasi.
Perlu diketahui, selama empat tahun terakhir Kementerian Pertanian tidak hanya fokus pada komoditas cabe dan bawang saja, namun ada total 460 komoditas yang menjadi concern dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan petani Indonesia.
"Harga bawang, harga cabe turun karena itu penyumbang inflasi, harga beras ini yang naik 0,5 tapi ditopang oleh sayur semua, nah ini komoditas kita 460," jelas Amran.
Pernyataan yang disampaikan Amran tampak terdengar sangat ringan, karena 'obrolan' pencapaian masa kerjanya dalam 4 tahun terakhir itu diselingi candaan ringan dengan para petinggi Tribun Network.
Pada kesempatan tersebut, GM Content Tribunnews Domu D Ambarita kemudian menyampaikan bahwa silaturahmi yang dilakukan Tribun Network merupakan tanda positif bahwa sebagai media yang memiliki peringkat nomor 1 di Indonesia, Tribun Network siap untuk mendukung kebijakan yang diambil Kementerian Pertanian.
"Kami ke sini bersilaturahmi, barangkali nanti dalam bincang-bincang ini ada yang bisa kami bantu, Tribun Network hadir di 25 provinsi di seluruh Indonesia pak," jelas Domu.
Melihat sikap positif yang ditawarkan Tribun Network, Amran tersenyum ramah kemudian mengucapkan terima kasih, ia juga sempat melemparkan leluconnya
Berhadapan dengan Wartawan senior Tribunnews, Amran pun membocorkan bahwa dulu dirinya sempat menjadi seorang kontributor.
Namun tidak ada yang mengira posisi kontributor tersebut kini berubah menjadi jabatan sebagai 'Menteri Pertanian'.
"Terima kasih teman-teman dari Tribun, bapak-bapak ini adalah orang-orang hebat, kami dulu di media cuma kontributor, tapi kontributor saja bisa jadi menteri," kata Amran disertai tawa.
Sontak apa yang disampaikan Amran pun disambut gelak tawa para petinggi Tribun yang hadir.
Di hadapan para petinggi Tribun Network itu pula, ia mencoba untuk mengklarifikasi sejumlah pemberitaan yang memojokkan kementerian dan kepemimpinannya.
"Banyak yang tidak tahu apa sih yang dilakukan kementerian, karena yang muncul di permukaan adalah hanya bagian kecil yang selalu dipelintir, jadi bagian kecil, tidak utuh," papar Amran.
Tidak hanya memaparkan capaian kinerjanya saja, Amran juga telah merumuskan Kebijakan Perubahan dan Regulasi untuk 2019 ini.
Ia telah menyusun sejumlah poin penting dalam melakukan Penyempurnaan Regulasi serta Penataan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Manajemen.
Untuk Penyempurnaan Regulasi, Amran menyiapkan enam fokus, yakni Revisi Perpres 172/2014 Tender PL, Refocusing Anggaran 2015-2017 sebesar Rp 12,2 Triliun, bantuan benih tidak di eksisting, inovasi baru, deregulasi perizinan dan investasi, serta pengendalian impor dan mendorong ekspor.
Sementara untuk Penataan SDM dan Manajemen, Kementerian Pertanian melakukan lelang jabatan, UPSUS & Monev harian, lepas ego-sektoral, sapu bersih pungli, Satgas KPK, Kejagung Polri dan BPKP, serta Lumbung Pangan Dunia.
Terkait refocusing anggaran, Amran menjelaskan bahwa pada 2018 ini, dirinya telah memangkas penggunaan anggaran untuk belanja operasional dari angka 48 persen menjadi hanya 3 persen.
Kemudian 85 persen dari anggaran itu difokuskan untuk belanja sarpras atau kebutuhan petani, "Refocusing anggaran ini menarik, 48 persen ini (digunakan untuk hal) nggak jelas, sekarang 48 persen (saya pangkas) jadi 3 persen, belikan pupuk, belikan racun tikus belikan untuk petani, semua untuk petani,".
Bahkan Amran pun menegaskan dirinya tidak menggunakan anggaran tersebut untuk kebutuhan operasionalnya.
"Mobil saya mogok 2 kali, mobil Menteri, aku naik taksi, nggak usah ganti, kalau tidak (naik taksi), naik ojek, saya tidak mau beli mobil, motor mobil itu tidak berpengaruh pada produksi," tegas Amran.
Perlu diketahui, Pagu Kementerian Pertanian tahun anggaran 2018 sebesar Rp 23,84 triliun.
Untuk pencapaian lainnya yang telah diperoleh Kementerian Pertanian dibawah kepemimpinan Amran adalah perolehan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama dua tahun berturut-turut, yakni 2016-2017.
Perolehan itu merupakan 'pertama' dalam sejarah kementerian tersebut sejak 2006 silam.
Selain itu pihaknya juga memperkenalkan sapi Belgian Blue yang memiliki berat mencapai 2 ton untuk percepatan swasembada daging sapi.
Pada 2018 ini, Kementerian tersebut telah berhasil menyatukan Transfer Embrio (TE) dan Inseminasi Buatan (IB) pada 312 ekor Belgian Blue.
Angka kelahiran dari hasil penggabungan TE dan IB itu mencapai 119 ekor.
Ia pun optimis pertanian bisa menjadi leading sector dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.