Solusi Online Bootcamp Programming di Era Industri 4.0
Juga mampu menengahi mereka yang telah berstatus sebagai pekerja yang ingin mengembangkan dan menekuni dunia coding, pemorgraman dan IT secara umum
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Semakin baiknya infrastruktur internet, termasuk teknologi perangkat keras membuat jarak dan waktu bukan lagi hambatan.
Hal itu menjadi kesempatan bagi banyak pengembang IT termasuk Refactory untuk melakukan peralihan sistem pengajaran offline bootcamp menuju online.
Baca: Perlu Evaluasi Sistem Pendidikan Tinggi Agar Mencerminkan Kurikulum Revolusi Industri 4.0.
Dikembangkan sejak pertengahan 2018, Refactory tengah melakukan alpha testing Platform Refactory pada bulan Februari ini untuk bisa diluncurkan pada Mei 2019.
Kompleksitas operasional bootcamp offline atau sistem konvensional dalam kelas menjadi salah satu alasan diperlukannya sistem yang lebih dinamis, ekonomis dan efektif. Tujuan utama paling utama adalah untuk menjangkau publik yang lebih luas.
"Kita melihat di bootcamp offline, kompleksitas operasional menyebabkan biaya layanan tinggi di satu sisi, dan intensitas yang tinggi menuntut kehadiran fisik peserta di tempat pelatihan selama program berlangsung. Agar juga untuk menjangkau semua kalangan dalam pengenalan soal programming,” kata CEO Refactory Taufan Aditya dalam keterangan persnya, Senin (18/3/2019).
Aksesibilitas yang lebih mudah, dan biaya lebih terjangkau di platform Refactory ini diharapkan mampu menjangkau lebih banyak perserta, karena tak lagi terkendala soal jarak dan waktu.
Juga mampu menengahi mereka yang telah berstatus sebagai pekerja yang ingin mengembangkan dan menekuni dunia coding, pemorgraman dan IT secara umum.
Hal ini, menurut Taufan, juga untuk memacu kesiapan sumber daya manusia dalam bertarung di era industri 4.0.
Platform yang dihadirkan Refactory akan berjenjang mulai dari layanan gratis hingga divisi layanan enterprise untuk mereka yang merasa siap naik level untuk kemampuan IT dan subsektor spesifik lain di industri ini.
“Platform ini juga menjadi medium untuk membuka divisi baru Refactory, yakni layanan untuk enterprise.”
Tak hanya itu, terkait dengan era industri 4.0, Taufan melihat diperlukannya sumber daya manusia berkualitas yang bisa dicapai dengan pelatihan skill secara teknis.
Apa yang dilakukan Refactory, kata Taufan, diharapkan mampu sejalan dengan kolaborasi program pemerintah soal vokasi yang akan di mulai tahun ini.
Beberapa materi yang akan diberikan, selain sejalan dengan tren terkini teknologi yang ada, Refactory memberikan sebuah studi kasus dalam sebuah proyek rill dalam mengembangkan software.
Termasuk arahan pengembangan dalam menjalankan juga pengalihan bisnis konvensional menjadi digital secara efisien.
“Khusus untuk perusahaan atau enterprise, melalui platform Refactory ini berharap dapat membantu secara signifikan terutama yang tidak memiliki tim in-house IT , untuk mengembangkan software yang mereka perlukan,” papar Taufan.
Baca: Sambut Industri 4.0, Penciptaan Nilai APQ 2019 Meningkat Rp 10 Triliun
Taufan pun mengatakan, bagi pihak enterprise, program ini akan menjadi semacam persiapan mereka untuk melakukan rekrutmen atau pencarian bakat untuk mengisi posisi strategis anggota tim di perusahaan.
“Mengapa ini perlu dilakukan? hal ini perlu bagi perusahaan agar saat melakukan rekrutmen, anggota tim baru ini bisa langsung terintegrasi dengan proyek yang sedang dikerjakan,” ucap Taufan.