Tencent, Alibaba, dan Raksasa Otomotif China Patungan Bikin Platform Ride-hailing
Chongqing Changan Automobile mengumumkan rencana kerja sama dengan beberapa perusahaan lain untuk membentuk perusahaan ride sharing platform.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM - Raksasa otomotif China, Chongqing Changan Automobile mengumumkan rencana kerja sama dengan beberapa perusahaan lain untuk membentuk perusahaan ride sharing platform.
Raksasa internet China Tencent, dan Alibaba juga dikabarkan akan ikut serta dalam kerja sama ini, kemudian ada pula Suning Investment, FAW Group, Dongfeng Motor Corporation, dan berberapa perusahaan lainnya.
Diprediksi nilai kerja sama itu mencapai 9,78 miliar Yuan atau setara US$ 1,46 miliar.
Tencent, Alibaba, dan dua perusahaan keuangan, serta satu perusahaan teknologi akan menyumbang total 2,25 miliar Yuan. Sementara Suning akan menyumbang 1,7 miliar Yuan, Changan, FAW, dan Dongfeng masing-masing akan menyumbang 1,6 miliar Yuan.
Dengan komposisi modal yang disetor tersebut, Suning kelak akan menjadi pengendali saham yang mengempit 19% kepemilikan. Sementara Changan, FAW, dan Dongfeng akan memiliki 15% kepemilikan saham.
Sementara sisanya akan dipegang Tencent, Alibaba, dan tiga perusahaan lain akan pegang 23,06%.
Dilaporkan Reuters, Jumat (22/3) perusahaan baru yang kelak dibentuk hanya akan berokus ke layanan ride sharing yang berasal dari kendaraan ramah lingkungan.
Baca: Ambil Momen Hari Perempuan, GOJEK Serius Perangi Kekerasan Seksual di Industri Ride-hailing
Sementara China Automotive News melaporkan bahwa perusahaan patungan ini kelak akan bernama Nanjing Lingxing Equity Investment Partnership Enterprise.
Kerjasama ini sendiri diprediksi sebagai tindak lanjut dari kerja sama antara FAW, induk Changan yaitu China South Industries Group Corporation, dan Dongfeng di mana pada akhir 2018 lalu telah bersama melakukan riset teknologi T3.
Dalam riset tersebut, tiga perusahaan pelat merah tadi berupaya mengembangkan kendaraan cerdas berbahan baru terbarukan, serta suku cadang yang mendukungnya.
Namun, langkah raksasa-raksasa bisnis di China ini sendiri dinilai bukan tanpa tantangan. Khususnya soal risiko keuangan yang besar lantaran telah menyuntikkan dana besar di awal pembentukan perusahaan. Belum lagi banyak izin yang mesti diurus kelak.