Apakah Efek Pencarian Uang Tunai Rp 217,1 Triliun saat Lebaran?
Mendekati periode libur Lebaran, sejumlah besar uang giral di perbankan bakal dikonversi ke dalam bentuk uang kartal (uang tunai).
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mendekati periode libur Lebaran, sejumlah besar uang giral di perbankan bakal dikonversi ke dalam bentuk uang kartal (uang tunai).
Bank Indonesia (BI) memperkirakan kebutuhan uang tunai pada periode Ramadan dan Lebaran 2019 akan mencapai Rp 217,1 triliun.
Kebutuhan itu meningkat 13,5% dibandingkan periode tahun sebelumnya sebesar Rp 191,3 triliun.
Namun secara persentase pertumbuhan, di tahun 2019 relatif lebih sedikit dari periode Ramadan dan Lebaran 2018 yang naik 17,2% mengingat lebaran tahun lalu lebih panjang yakni 12 hari.
Hanya saja, pertumbuhan kebutuhan uang tunai di periode Ramadan tahun ini masih lebih tinggi dari rata-rata lima tahun terakhir sebesar 13,3%.
Meski akan ada Rp 200 triliun lebih dana yang keluar dari sistem perbankan, sejumlah bankir yang dihubungi mengaku tak terlalu khawatir.
Direktur Keuangan PT Bank Mandiri Tbk Panji Irawan menyebut hal ini memang bersifat tahunan dan terus terjadi.
"Kemungkinan H-10 akan ada Rp 200 triliun akan ada dana yang dikonversi ke uang tunai. Tapi 10 hari setelah Lebaran dana itu akan kembali ke perbankan, pasar pun sudah melihat hal itu," katanya di Jakarta, Rabu (15/5).
Tahun ini, Bank Mandiri sendiri menyiapkan sebanyak Rp 54,9 triliun atau Rp 1,9 triliun per hari untuk kebutuhan uang tunai di masa Ramadan. Dana tunai tersebut meningkat sekitar 19%-20% dari rata-rata kebutuhan harian pada kondisi normal.
Keluarnya dana tersebut pun disebut Panji tidak akan mengganggu likuiditas perusahaan. Selain sudah dipersiapkan sejak jauh hari, alat likuid perusahaan juga masih kuat.
Baca: Jelang Lebaran, Lion Air Tebar Promo Tiket Diskon 50 Persen Mulai 16 Mei
Misalnya, Bank Mandiri punya Rp 170 triliun obligasi yang bisa direpokan ke BI bila diperlukan. Selain itu, perseroan juga memiliki outstanding dalam mata uang Dolar Amerika Serikat (AS) senilai lebih dari US$ 3 miliar.
"Rasio kami sudah bagus. Dari LDR, LFR dan RIM sudah stabil 90% artinya ekses likuiditas ada banyak," sambungnya.
Senada, Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Santoso Liem mengatakan perseroan sudah mempersiapkan sekitar Rp 50,72 triliun untuk kebutuhan uang tunai di seluruh mesin ATM perseroan.
Santoso menjelaskan dana tersebut pun tak mengganggu kondisi likuiditas perusahaan lantaran sifatnya musiman.