Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun Bisnis

Demi Kurangi Impor, Kemenko Maritim Urai Masalah Tata Kelola Aspal Buton

Kemenko Kemaritiman melalui Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa mendorong peningkatan pemanfaatan asbuton

Penulis: Hendra Gunawan
zoom-in Demi Kurangi Impor, Kemenko Maritim Urai Masalah Tata Kelola Aspal Buton
Surya/M Sudarsono
Ilustrasi Proses pengaspalan jembatan Widang Babat 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Indonesia memiliki sumber daya alam yang kaya. Salah satu sumber daya alam Indonesia yang telah dimanfaatkan untuk pembangunan jalan adalah aspal yang berasal dari Buton (asbuton). Di dunia ini hanya ada dua negara yang menghasilkan aspal alami yakni Trinidad dan Indonesia. Aspal telah dimanfaatkan untuk pembangunan jalan sejak tahun 1920-an.

Sayangnya, sumber daya alam ini belum dimanfaatkan secara optimal di dalam negeri. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim) Luhut Pandjaitan yang juga menjadi ketua tim TKDN (Tingkat Komponen Dalam negeri) dalam kampanye peningkatan penggunaan produksi dalam negeri mendorong pemanfaatan aspal buton untuk mengurangi aspal impor yang nilai impornya telah mencapai hampir 700 juta USD.

“Nilai impornya hampir 700 juta dollar AS. Ini kan banyak. Kalau dikumpul, yang tidak perlu diimpor, bisa diproduksi dalam negeri, kenapa kita tidak dorong penggunaan (aspal buton) ini”, ujarnya, saat ditemui wartawan usai memimpin rapat koordinasi tentang aspal buton di Jakarta, tanggal 02 Mei lalu.

Kemenko Kemaritiman melalui Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa mendorong peningkatan pemanfaatan asbuton dalam negeri secara terintegrasi, baik dari sisi regulasi, transportasi, hingga sisi keekonomiannya.

Baca: Tes Kepribadian: Pilih Wajah Wanita yang Anda Sukai dan Temukan Rahasia Kepribadian Anda

Baca: 3 Oknum Wartawan Gadungan Peras Perangkat Desa

Baca: Dua Kubu Penyidik Berseteru, MAKI: Tahan Ego Kedepankan Kolektif Kolegial

Tujuannya selain untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, mengurangi mengurangi ketergantungan impor aspal, penghematan devisa, juga meningkatkan kualitas aspal memperluas peluang asbuton untuk diekspor keluar negeri.

Deputi Bidang Koordinasi Daya Alam dan Jasa, diwakili Asisten Deputi Bidang Sumber Daya Mineral, Energi dan Nonkonvensional Amalyos memimpin rapat koordinasi dilanjutkan dengan peninjauan lapangan Kesiapan Infrastruktur Pengelolaan dan Distribusi Aspal Buton, Surabaya (14-15 Mei 2019).

“Aspal Buton ini salah satu yang terbaik dan terbesar di dunia. Apalagi sudah ada arahan dari Presiden untuk mengoptimalkan ini (asbuton). Dari sisi regulasi juga akan kita dorong. Kita akan susun road map ke depan agar ada tata kelola yang baik untuk asbuton ini,” ujar Asisten Deputi Bidang Energi dan Non Konvensional Kemenko Kemaritiman Amalyos.

Berita Rekomendasi

“Tim kita sudah melakukan kunjungan ke Buton minggu lalu untuk memantau kondisi disana, kita sudah temukan beberapa masalah. Misalnya masalah perizinan, masalah logistic, dan lain-lain. Cost logistic aspal buton mencapai 30%, mungkin bisa lebih, kita akan cari cara agar lebih efisien, agar harga asbuton menjadi lebih kompetitif, kalau soal kualitasnya tidak perlu diragukan saya kira”.

Pengangkutan dari Buton menggunakan kapal yang sandar di pelabuhan Tanjung Perak selanjutnya diangkut menuju pabrik-pabrik pengolahan aspal di Jawa Timur.

“Ada beberapa pabrik pengolahan asbuton di Indonesia, paling banyak di Surabaya (Jawa Timur) ini. Hub terbesar dalam distribusi asbuton baik untuk kebutuhan nasional maupun ekspor dari (pelabuhan) Tanjung Perak ini. Hasil rapat mengungkap biaya angkut untuk ekspor ke Korea ternyata lebih murah daripada biaya angkut ke Papua. Kita upayakan akan bisa lebih efisien dengan pemanfaatan tol laut”.

Dalam rapat dalam rangkaian tinjauan lapangan ke Pelabuhan Tanjung Perak, Asdep Amalyos dan rombongan diterima oleh Syahbandar Dwi Budi dan GM Pelindo Sutopo.

Adapun, menurut data Asosiasi Pengembang Aspal Buton Indonesia (ASPABI), total konsumsi dalam negeri asbuton periode 2007-2018 hanya sebesar 407.840 ton, atau sama dengan 0,06 persen dari cadangan deposit asbuton.

Sementara itu, perwakilan dari Direktorat Jenderal Bina Marga Kemen PU-PR mengakui bahwa memang ada masalah dalam hal penyerapan asbuton, akan tetapi Kemen PU-PR tetap berkomitmen untuk memanfaatkan asbuton. Diantaranya, Kemen PU-PR menargetkan untuk menyerap sekitar 70 ribu ton asbuton untuk pembangunan infrastruktur jalan dalam negeri. “Ini juga sudah ditargetkan harus terserap 70 ribu ton, 70 ribu ton per tahun.

Ini peningkatan disbanding tahun lalu. Masalah harga juga kurang kompetitif. Kami usul untuk dibuat zonasi jadi bisa lebih murah,” jelasnya.

“Zonasi bisa menekan biaya transportasi, karena didaerah-daerah yang sedang melakukan pembangunan jalan, produsen asbuton dapat membuat buffer stock, ketersediaan asbuton lebih terjamin," ujarnya.

Penjelasan ini ditanggapi dengan perlu ada komitmen penyerapan baik dari KemenPUPR terkait kebutuhan jalan nasional, atau dari pemerintah daerah terkait jalan daerah, jalan propinsi hingga jalan desa.

Mengurangi Impor

Diketahui, PT Pertamina (Persero) memproduksi aspal dari kilang minyaknya di Cilacap sebesar 300-400 ribu ton per tahun.

Padahal kebutuhan aspal Nasional adalah sebesar 1,3 -1,5 juta ton per tahun. Dengan demikian Pertamina hanya mampu menyediakan aspal untuk kebutuhan domestik sebesar 20 - 30 % saja, sisanya masih harus diimpor.

Berdasarkan data yang dimiliki Pertamina, sejak tahun 2016-2018, nilai impor aspal minyak per tahun mencapai rata-rata 1.107.000 ton atau senilai 457.191.000 USD (dengan nilai argus 413 USD per ton).

Sedangkan Dari kebutuhan nasional 1,3 juta ton, target penyerapan asbuton KemenPUPR hanya sebesar 70.000 ton menurut Bupati Buton La Bakri masih sangat sedikit. Bupati La Bakri yakin potensi asbuton masih dapat dioptimalkan, mengingat cadangan yang kaya serta kualitas yang sangat baik.

Bupati La Bakri yang turut hadir dalam Rakor ini menyambut baik adanya pertemuan ini, dirinya mewakili masyarakat Buton berharap asbuton akan menjadi tuan di negerinya sendirinya.

“Tampak prospek aspal Buton akan cerah, karena sudah mendapatkan dukungan dari semua pihak, semoga dengan penyusunan road map itu akan menjadi semakin terang masa depan aspal Buton untuk menjadi tuan di negeri sendiri. Regulasi yang baik juga sangat diperlukan sebagai payung hukum, saya sangat mengapresiasi Kemenko Kemaritiman yang telah menginisiasi pertemuan ini,” ujarnya.

Pertamina dan PT Wika Bitumen juga berkomitmen untuk memaksimalkan asbuton, yakni dengan jalan bersinergi untuk membangun pabrik ekstraksi aspal untuk dijadikan asbuton.

“Kami sudah berkomitmen bagaimana asbuton kita ekstraksi untuk gantikan aspal minyak, jika ini terjadi semua penyerapan akan menggunakan aspal buton. Kilang kita hanya satu makanya kita impor terus. Bulan Juli ini kita siap uji gelar dan bekerjasama dengan Wika Bitumen, target 2020 kita bisa produksi dengan skala lebih besar,” jelas perwakilan dari Pertamina.

Usulan pemakaian asbuton menurut ASPABI pun akan terus ditingkatkan dalam tempo 5 tahun ke depan, semisal untuk kebutuhan aspal guna membangun jalan nasional akan meningkat dari 70.000 ton hingga 400.000 ton hingga tahun 2023.

Begitupun jumlah asbuton juga akan ditingkatkan dari 200.000 ton, meningkat menjadi 3.400.000 di tahun 2023 dan substitusi terhadap aspal minyak sebesar 25 persen setiap tahun.

Pengembangan Produksi Sumber Daya Alam Buton

Kualitas asbuton yang sangat baik ternyata telah dimanfaatkan negara lain untuk pembangunan jalan. Korea dan Jepang adalah negara yang mengimpor asbuton. Terkait perlindungan hak paten baik dari inovasi mesin dan pengolahan asbuton, Asdep Amalyos menegaskan akan berkoordinasi dengan Kementerian Hukum dan HAM.

“Untuk memberi kepastian perlindungan hukum agar dapat berkompetisi di pasar internasional. Sudah cukup lama TLA (Trinidad Lake Asphalt) memimpin pasar dunia, kita juga harus mendorong sumber daya alam kita untuk bisa berkompetisi, sejauh ini inovasi yang ada sudah sangat baik.

Bahkan inovasi dengan mencampur aspal dengan karet membuat asbuton ini lebih lentur sudah mulai dimanfaatkan. Kualitasnya akan dijaga melalui sertifikasi mutu, monev, sertifikasi SNI, TKDN, paten internasional juga akan terus kita dorong untuk mengembangkan pasar asbuton ini”.

Asisten Deputi Amalyos juga mendorong para produsen asbuton untuk membuka pabrik di Buton. Selain aspal, Buton juga kaya akan gamping yang dapat diolah menjadi gypsum untuk kebutuhan farmasi, pengolahan dry ice yang dapat dimanfaatkan nelayan menjaga kesegaran ikan tangkapan. PT.Wika bitumen juga mengembangkan asbuton sebagai produk pelapis anti bocor dan produk-produk kebutuhan bangunan lain.

“Lapan juga telah mengembangkan asbuton sebagai salah satu komponen bahan bakar roket” Ujar Peneliti BPPT Abdul Hapid. Bupati La Bakri sangat mendukung. “Bila pabrik dibangun di Buton, tentunya akan sangat bermanfaat bagi masyarakat Buton, kami sangat mendukung”.

“Kita ini kaya dan kita harus bijak dalam memanfaatkan sumber daya kita, bijak dalam arti selama itu bisa kita olah dan bisa meningkatkan nilai tambah selain mengangkat kesejahteraan masyarakat, itu yang kita utamakan.

Cadangan asbuton kita banyak dan teknologi tiada masalah, penyerapan dari Pertamina kemudian dimanfaatkan oleh Kemen PU-PR itu sudah diterapkan dan sekarang tinggal pengawasan, beberapa sudah ditindak lanjuti akan tetapi efektifitas pelaksanaan yang kurang begitu sempurna, itulah yang kita kawal sekarang ini,” pungkas Asdep Amalyos.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas