Kisah Sukses Parna Raya, Bermodal Satu Unit Truk Kini Jadi Raksasa Jasa Logistik
Berbekal pengalamannya bekerja di Pelabuhan Tanjung Priok, Pak Sim melihat adanya potensi bisnis besar di sektor transportasi
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sosok Marihad Simon Simbolon adalah tokoh kunci di balik sukses dari Parna Raya Group.
Pria yang biasa disapa Pak Sim tersebut mulai membangun PT Parna Raya pada 1972 hanya dengan bermodal satu unit truk.
Pengusaha berdarah Batak, Sumatera Utara itu sebelum mendirikan Parna Raya pernah bekerja di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara saat usianya masih 20 tahun.
“Berbekal pengalamannya bekerja di Pelabuhan Tanjung Priok, Pak Sim melihat adanya potensi bisnis besar di sektor transportasi,” kata Presiden Direktur Grup Parna Raya Charles Simbolon, belum lama ini di Jakarta.
Charles bercerita, bisnis yang digeluti Pak Sim pertama kali adalah bidang jasa transportasi yang menjadi embrio perusahaan Parna Raya.
“Bisnis bidang transportasi saat itu yang dibidik adalah pengangkutan barang di Pelabuhan Tanjung Priok. Saat ini seiring perjalanan waktu, Parna Raya terus bertumbuh pesat,” ujar dia.
Dia menambahkan, Parna Raya kini total memiliki 125 unit truk yang terdiri atas berbagai jenis. Mulai dari jenis heavy duty truck seperti tronton dan trailer.
“Parna Raya kemudian mulai membesar dengan mendirikan beberapa perusahaan yang bergerak dalam bidang transportasi pipa gas, perdagangan, perkebunan kelapasawit, dan petrokimia,” jelas dia.
Penuturan Charles, memulai bisnis dengan hanya bermodal satu unit truk adalah suatu tantangan bagi Pak Sim muda kala itu.
“Perlahan tapi pasti, bisnis logistik Parna Raya semakin tumbuh dan berkembang. Hingga pada 1990 perusahaan melakukan ekspansi besar-besaran, yaitu membeli beberapa unit kapal laut sebagai armada bisnis transportasinya,” terang dia.
Menurut Charles, saat itu Parna Raya Group membeli tiga buah kapal general cargo yang diberi nama Parnaraya-8 , Parnaraya-18, dan Parnaraya-28.
Tujuh tahun kemudian, Pak Sim kembali melebarkan sayap bisnisnya melalui penambahan satu unit kapal laut baru yang diberi nama Parnaraya-38.
“Pembelian kapal laut itu untuk memenuhi kebutuhan beberapa perusahaanBUMN terbesar di Indonesia yang bergerak di bidang semen dan pupuk,” ungkap dia.
Pada 1990, lanjut Charles, tahun tersebut juga menjadi momen terbaik bagi Parna Raya dalam mengembangkan usahanya.
Pertengahan 1990, Parna Raya memiliki niat baik untuk mengamankan pembelian gas bumi.
“Dari sinilah Pak Sim kemudian memiliki ide brilian untuk mengembangkan usahanya dengan mendirikan perusahaan petrokimia. Kemudian, lahirlah sebuah pabrik amoniak yang bernama PT Kaltim Parna Industri (KPI), sebagai satu-satunya pabrik swasta nasional amoniak di Indonesia,” tutur dia.
Pencapaian Parna Raya tidak berhenti sampai titik tersebut. Grup perusahaan ini kemudian mulai memasuki beberapa ranah industri lainnya dalam beberapa sektor.
Sebut saja logistik, petrokimia, energi, investasi, dan infrastruktur migas.
“Kelimanya menjadi pilar bisnis dari Parna Raya Group. Kami kini bisa tumbuh menjadi besar karena Parna Raya memiliki komitmen untuk melanjutkan pertumbuhan dengan semangat dan antusiasme yang tinggi,” kata Charles.