Tekan Harga Tiket Pesawat, Pengusaha Dukung Maskapai Asing Beroperasi di Tanah Air
Hariyadi Sukamdani mendukung langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang maskapai asing untuk beroperasi di dalam negeri
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mendukung langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang maskapai asing untuk beroperasi di dalam negeri untuk menciptakan harga tiket pesawat yang terjangkau.
Dukungan tersebut disampaikan Hariyadi mengingat maskapai Garuda Indonesia Grup dan Lion Grup telah menguasai pasar penerbangan domestik sebesar 97 persen.
"Saya sampaikan kita menginginkan dibuka persaingan. Kalau pendapat PHRI mengundang regional maskapai untuk membuka badan usaha di Indonesia, seperti AirAsia. Jadi bukan penerbangan langsung dari Singapura keliling Indonesia, kita tetap menghormati cabotage udaranya," kata Hariyadi seusai bertemu Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (13/6/2019).
Meski mendukung masuknya maskapai asing di dalam negeri, tetapi Hariyadi tidak sependapat dugaan duopoli yang dilakukan oleh Garuda dan Lion, sehingga harga tiket saat ini mengalami lonjakan yang tinggi.
"Menurut saya beda, kalau airline transportasi itu betul-betul teknologinya untuk mengkonsolidasikan pasar. Nah kalau maskapai beda, dia itu produsen, dia bukan pemain aplikasi, di seluruh dunia tidak ada kartelisasi seperti ini," papar Hariyadi.
Maskapai Asing Bukan Solusi
Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai wacana pemerintah yang akan mengundang maskapai asing masuk ke industri penerbangan Indonesia bukanlah solusi atas polemik mahalnya harga tiket pesawat.
Dia mencontohkan, salah satu maskapai asing milik Malaysia atau AirAsia pernah menjajal sejumlah rute domestik dalam negeri, namun tak bertahan lama.
"Bukan solusi, sudah masuk maskapai asing AirAsia. Itu kan asing dari Malaysia. Tapi juga tidak sanggup bersaing di Indonesia. Jadi masuknya maskapai asing bukan solusi. Tidak sanggup juga bersaing, buktinya AirAsia," kata JK yang ditemui di kantor Wapres RI, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2019).
JK menceritakan, dulu saat pulang ke kampung halamannya di Makassar, Sulawesi Selatan, sempat menggunakan maskapai AirAsia.
Baca: Polisi Selidiki Kasus Penganiayaan Oknum Pegawai Lapas Anak Terhadap Napi
Baca: Jabatan Maruf di Bank Syariah Dipersoalkan, TKN: Ma’ruf Amin Bukan Karyawan, Tapi Dewan Pengawas
Namun kini, AirAsia disebut JK tak lagi melayani rute ke Makassar.
“Dulu saya sering pakai ke Makassar, sekarang ndak ada lagi tuh ke Makassar. Sekarang AirAsia yang bergerak hanya ke Bali, ke mana, jadi tidak sanggup juga bersaing,” ungkap JK.
Dia menuturkan, mahalnya harga tiket pesawat dipengaruhi sejumlah faktor internal dan eksternal dalam industri penerbangan, yakni biaya perawatan tinggi, pembelian pesawat, bahan bakar, serta suku cadang yang dibeli menggunakan mata uang dolar AS.
“80 persen komponen dari tarif itu dolar, mulai dari harga pesawat, leasing pesawat, harga avtur, sparepart, maintenance, semua dolar. Hanya gaji pilot saja yang rupiah,” ungkap pengusaha asal Sulawesi Selatan.