Pertumbuhan SDM Indonesia tak Sejalan dengan Perkembangan Teknologi
Arus perkembangan teknologi yang pesat tidak diimbangi dengan peningkatan SDM bertalenta IT di semua aspek dan sektor industri
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM - Tahukah Anda Indonesia menjadi lumbung perusahaan rintisan atau dikenal dengan istilah startup, namun keberadaan Sumber Daya Manusia (SDM)-nya mengalami krisis?
Sejatinya dari 10 startup se-Asia Tenggara, Indonesia memiliki empat startup yang satu di antaranya diklaim sudah berstatus decacorn yakni Gojek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka.
Arus perkembangan teknologi yang pesat tidak diimbangi dengan peningkatan SDM bertalenta IT di semua aspek dan sektor industri.
Roberts Walters, sebuah perusahaan rekrutmen profesional memberikan kiat untuk menangani krisis SDM lewat sebuah buku berjudul "Five Lesson in Tackling The Tech Talent Shortage".
"Empat bukan angka yang kecil, itu bukti Indonesia punya masa depan bagus dengan industri startup. Kami memberikan wawasan bagaimana perusahaan dapat menghadapi rintangan krisis SDM profesional teknologi, sehingga bisa diaplikasikan pada semua perusahaan untuk mencari talen yang sesuai," kata Manajer Teknologi Robert Walters Antonio Mazza di Jakarta, Kamis (20/6/2019).
Dalam survei yang dilakukan Robert Walters pada April 2019.
Baca: GOJEK Caplok Startup Rekrutmen Karyawan asal India
Survei yang diikuti oleh 400 orang di Asia Tenggara itu menemukan, krisis talenta teknologi rupanya menjadi sebuah permasalahan global, tak hanya Indonesia.
Tingkat kesulitan untuk mencari talenta teknologi berada di angka 7 dari skala 1-10.
"68 persen responden mengaku sulit mencari talenta teknologi. Bahkan, jika seorang IT resign dari perusahaan, mereka mengaku membutuhkan waktu 3 bulan lebih untuk menemukan penggantinya. Posisi itu kosong dalam 3 bulan," kata Mazza.
Akibat krisis ini, 70 persen manajer menyatakan telah merasakan dampak negatif yang memengaruhi produktivitas dan inovasi bisnis.
Mazza menyebut hadirnya buku ini bisa menjadi acuan maupun kiat untuk menimimalisir krisis talenta teknologi bagi semua sektor industri.