Lobi Mendag Enggar Diharapkan Mampu Gandakan Ekspor Sarang Burung
saat ini, pelaku usaha memang masih merasakan kesulitan untuk mengekspor sarang burung walet ke China.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kunjungan Kementerian Perdagangan (Kemendag) ke China untuk melobi syarat dan proses ekspor sarang burung walet ke Negeri Tirai Bambu dipermudah, diacungi jempol.
Pasalnya saat ini, pelaku usaha memang masih merasakan kesulitan untuk mengekspor sarang burung walet ke China.
Dengan upaya Kemendag ini, diharapkan ekspor sarang burung walet ke China bisa naik hingga 2 kali lipat tahun ini.
Eksportir sarang burung walet yang juga Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPBSI) Boedi Mranata mengatakan, syarat ekspor sarang burung walet ke China cukup ketat, sehingga ia mengapresiasi upaya pemerintah mengatasi kesulitan eksportir tersebut.
Baca: Kasus Penyerangan Novel Baswedan, Kuasa Hukum Novel: Jokowi Mengulur Waktu
“Mungkin syarat-syarat ketat itu dicoba agak diperlunaklah, agak digampangkan. Sebab dengan syarat yang ketat itu memang masuk pasar ke China lebih sulit ya,” ujar Boedi, Sabtu (20/7/2019).
PPBSI menargetkan ekspor sarang burung walet ke China mencapai 140 ton pada tahun 2019, jika upaya yang dilakukan Kemendag menbuahkan hasil positif.
Jumlah tersebut, Boedi sebut, setara dua kali lipat jumlah ekspor sarang burung walet ke China pada tahun 2018 sebesar 70 ton.
Sementara total sarang burung walet yang bisa Indonesia ekspor ke pasar global sepanjang tahun 2018 sebanyak 1596 ton.
Selain kemudahan, PPBSI berharap kuota ekspor sarang burung walet dapat bertambah seiring kunjungan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita ke China untuk mendorong ekspor komoditas tersebut.
Soalnya saat ini pemerintah China hanya memberi kuota impor sarang burung walet dari Indonesia sebanyak 150 ton dalam setahun.
“Dua kali lipat udah happy-lah. Nanti tahun depan nambah lagi,” ujarnya.
Pengamat perdagangan internasional Universitas Indonesia Fithra Faisal juga menilai, langkah Enggar menyambangi China untuk mendorong ekspor sejumlah komoditas merupakan tindakan tepat.
Namun ia juga mengingatkan, pemerintah mesti cermat dalam melakukan negosiasi dagang dengan China. Lantaran negara tersebut biasanya juga akan menawarkan produknya untuk dijual ke Indonesia sebagai timbal balik.
“Biar bagaimanapun, saya rasa ini sebuah strategi yang cukup baik ya. Karena memang selama ini kan kita tidak terlalu aktif dalam melakukan pendekatan dari sisi ekspor,” terang Fithra, Jumat (19/7).
Menurut Fithra, China merupakan negara aliansi strategis di masa depan. Ini lantaran China diprediksi akan mengalihkan jaringan produksinya ke Asia, terutama Asia Tenggara.
Mengingat saat ini Amerika sudah menjadi rival perdagangan China sehingga China diprediksi akan terkonsentrasi pada Asia dalam membuat jaringan produksi.
“Saya rasa sudah on the right track ya yang dilakukan Kemendag,” tandas Fithra.
Menteri Enggar memulai serangkaian langkah lobi di China untuk mendongkrak ekspor dengan negeri raksasa itu. Komoditas yang diharapkan menjadi pendongkrak neraca ini adalah crude palm oil (CPO), buah-buahan, dan sarang burung walet.
Sementara, Jumat (19/7), Pelaksana Harian Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Veri Anggrijono baru saja menyaksikan acara penandatanganan kontrak ekspor sarang burung walet antara perusahaan Indonesia dengan perusahaan asal China di Jakarta.
Penandatanganan kontrak tersebut dilakukan oleh Direktur Utama PT Tong Heng Investment Indonesia Suyanti Ang dengan Pimpinan Quanzhou Yuyan Family Biotechnology Co., Ltd (Bird Nest Diary) Lu Yu Meng dan Pimpinan Xiamen Fuen Imp & Exp Co., Ltd. Lin Wei Ting.
“Pada kesempatan ini, kita menyaksikan penandatanganan kontrak ekspor sarang burung walet ke China sebanyak 10 ton. Hal ini merupakan langkah awal untuk meningkatkan ekspor komoditas sarang burung walet ke pasar China,” ujar Veri, pada acara tersebut, Jumat (19/7).