Rizal Ramli: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Akan Semakin ‘Nyungsep’
Rizal Ramli memprediksi laju pertumbuhan ekonomi akan turun drastis dari target yang ditentukan pemerintah di atas 5 persen.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli memprediksi laju pertumbuhan ekonomi akan turun drastis dari target yang ditentukan pemerintah di atas 5 persen.
“Dari target pemerintah 5,2 persen, dugaan kami akan nyungsep terus menjadi 4,5 persen. Indikator makro ekonomi menunjukkan (pertumbuhan) makin merosot,” papar Rizal dalam diskusi di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Senin (12/8/2019).
Di kesempatan tersebut, Rizal memaparkan defisit neraca transaksi berjalan meningkat dari 7 miliar dolar AS atau 2,6 persen dari produk domestik bruto/PDB pada kuartal sebelumnya menjadi 8,4 miliar dolar AS atau 3,0 persen dari PDB.
Baca: Perluas Jangkauan, Aplikasi SpotQoe.com Hadirkan Lebih dari 3.600 Ruang Meeting
Menurut dia, angka ini sangat berbahaya sebab anggaran negara yang merosot menjadi sasaran tembak pihak luar.
“Saya tegaskan pemerintah bahwa ekonomi itu bukan hanya soal proyek. Mohon maaf tapi ada banyak makro ekonomi, daya beli, lapangan pekerjaan, macem-macem. Satu pemerintahan yang fokusnya hanya proyek bisa-bisa pada jebol nanti,” ucapnya.
Lebih jauh, Rizal menyebut pemerintah selalu berdalih faktor eksternal menjadi perlambatan ekonomi.
Namun yang terjadi faktanya bahwa trade war tidak selalu membuat pertumbuhan ekonomi negatif.
“Negara lain malah menarik manfaat kok dari trade war. Contohnya Myanmar, Vietnam, dan Thailand mereka bisa surplus, sementara kita tidak biasa mengantisipasi faktor eksternal,” ujar Rizal Ramli.
Perang Dagang jadi Momok
Bank Indonesia mengatakan, ketidakpastian ekonomi global terutama terkait perang dagang antara AS-China masih memberi dampak negatif kepada perekonomian negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Hal tersebut berdampak pada pertumbuhan ekonomi, kinerja ekspor hingga investasi yang melambat.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyebutkan, pada masa kejayaannya investasi RI bisa tumbuh 7-8 persen. Namun di kuartal II 2019 ini hanya tumbuh 3,07 persen.
"Jadi masalah di semua negara berkembang yang terkena dampak trade war, volatilitas di pasar keuangan, serta melambatnya turunnya proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia di ekspor. Ini dialami di banyak emerging markets termasuk Indonesia," ujar Dody di Gedung BI, Jakarta, Senin (12/8/2019).
Selain itu, pertumbuhan investasi yang rendah juga diakibatkan oleh perlambatan ekspor yang berdampak pada pengurangan produksi.
"Dengan ekspor melambat permintaan produksi berkurang dan otomatis investasi berkurang dan akan menurunkan pendapatan devisa ekspor," jelas Dody.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.