Hipmi Gelar Rangkaian Kuliah Umum dan Debat untuk Pilih Ketua Umum Masa Bhakti 2019-2022
Adapun jumlah kegiatan yang harus dijalankan hingga Munas adalah 8 Kuliah Umum di 8 provinsi dan 3 Debat Terbuka I
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) tengah menyeleksi calon Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) Hipmi masa bakti 2019-2022.
Dari Hasil verifikasi tanggal 25 Mei 2019 lalu, Tim Steering Committee (SC) Hipmi telah menetapkan 4 (empat) calon yang memenuhi syarat untuk menjadi bakal calon Ketua Umum BPP Hipmi, yaitu Bagas Adhadirgha (Ketua Bidang Luar Negeri dan Pariwisata BPP Hipmi), Ajib Hamdani (Wakil Bendahara Umum BPP Hipmi), Akbar Buchari (Mantan Ketum BPD Hipmi Sumut yang kini menjadi pengurus BPP Hipmi), dan Mardani H Maming (Wakil Bendahara Umum BPP Hipmi dan mantan Bupati Tanah Bumbu).
Untuk memperoleh kursi nomor satu di Hipmi yang akan diumumkan di puncak Munas Hipmi XVI tanggal 15 September 2019 mendatang, ke 4 (empat) calon tersebut akan diseleksi secara ketat dan diwajibkan untuk mengikuti serangkaian kegiatan antara lain kuliah umum dan debat terbuka untuk menjabarkan visi misi, ide-ide, gagasan dan konsep-konsep dalam membangun Hipmi selama 3 tahun ke depan.
Adapun jumlah kegiatan yang harus dijalankan hingga Munas adalah 8 Kuliah Umum di 8 provinsi dan 3 Debat Terbuka I yakni tanggal 20 Juli lalu di Batam, Kepri; Debat II tanggal 21 Agustus 2019 di Bali dan 7 September 2019 di Jakarta.
“Dalam rangkaian kegiatan yang telah dijalani ke 4 (empat) bakal calon Ketua Umum BPP Hipmi tersebut, kami akui semuanya memiliki konsep dan gagasan yang sangat baik untuk memajukan organisasi profesi pengusaha muda ini menjadi profesional, solid dan mampu menjadi organisasi yang relevan menjawab tantangan perubahan jaman serta memenuhi ekspektasi baik dari anggota dan stakeholder. Namun kursi pimpinan hanya satu, dan siapapun nanti yang akan terpilih harapannya dapat membawa Hipmi menjadi lebih baik lagi serta meneruskan estafet kepemimpinan dan keberhasilan program-program sebelumnya sehingga bermanfaat bukan hanya untuk kader dan pengurus melainkan masyarakat luas,” kata Ketua Pengarah Munas XVI Hipmi, Anggawira dalam keterangan yang diterima Tribunnews, Rabu (14/8/2019).
Hipmi didirikan pada tanggal 10 Juni 1972. Pendirian organisasi ini dilandasi semangat untuk menumbuhkan wirausaha di kalangan pemuda, karena pada saat itu tidak banyak kaum muda yang bercita – cita menjadi pengusaha.
Para pendiri yang rata-rata merupakan pengusaha pemula yang terdiri dari Drs. Abdul Latief, Ir. Siswono Yudo Husodo, Teuku Sjahrul, Datuk Hakim Thantawi, Badar Tando, Irawan Djajaatmadja, SH , Hari Sjamsudin Mangaan, Pontjo Sutowo, dan Ir. Mahdi Diah.
Sejak awal didirikannya Hipmi terus berusaha menjawab tantangan perubahan, artinya organisasi harus compatible terhadap situasi pada masanya.
Pergantian situasi pemerintahan juga menuntut Hipmi beradaptasi dengan situasi kepemimpinan nasional, tentu setiap masa ada pemimpinnya dan setiap pemimpin ada masanya, namun sebagai organisasi yang baik Hipmi wajib untuk menjadi organisasi yang relevan menjawab tantangan perubahan jaman.
Menurut Ketua Umum Hipmi, Bahlil Lahadalia yang akan segera meletakkan jabatannya di tahun ini Hipmi telah melahirkan banyak pemimpin di berbagai bidang bukan hanya di dunia usaha, kepemimpinan di level daerah hingga nasional eksekutif dan legislatif saat ini telah banyak diisi oleh kader-kader Hipmi.
"Namun yang lebih penting adalah bagaimana mempersiapkan Hipmi kedepan untuk terus berkontribusi menciptakan pertumbuhan Ekonomi yang berkeadilan sesuai pasal 33 UUD 1945, menjadi “Tuan Rumah di Negeri Sendiri” dan mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain di dunia.”