Kalog Diminta Optimalisasi Peran untuk Tekan Biaya Logistik
seharusnya peran KA logistik bisa lebih besar dalam angkutan logistik karena sudah banyak infrastruktur perkeretaapian dibangun
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Masyarakat Perkeretaapian Indonesia (Maska) Hemanto Dwiatmoko mengatakan, seharusnya peran KA logistik bisa lebih besar dalam angkutan logistik karena sudah banyak infrastruktur perkeretaapian dibangun.
"Di jalur Pantura Jawa, jalur kereta api sudah dibangun ganda, sehingga kapasitas perjalanan kereta bisa ditambah," kata Hemanto, Selasa (3/9/2019).
Faktanya, pembangunan infrastruktur itu tidak cukup karena masih belum terhubung dengan pelabuhan dan sentra-sentra produksi.
Kalaupun sudah terhubung, sarana bongkar muat barang untuk kereta api harus juga dilengkapi.
Sementara Sekretaris Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulmafendi menerangkan, peran kereta api dalam angkutan barang masih sangat kecil, yakni hanya 1 persen dari total pengangkutan.
Sebesar 90 persen pengangkutan, masih dilakukan angkutan truk.
Namun, pertumbuhan volume barang yang diangkut tiap tahun terus meningkat.
Jika tahun 2016 volume barang hanya 32,49 juta ton, tahun 2017 meningkat menjadi 40 juta ton, dan tahun 2018 naik lagi menjadi 45,2 juta ton.
"Ada banyak kelebihan yang didapat dengan pengangkutan kereta api. Misalnya kepastian waktu, kapasitas angkut yang besar, efisien, emisi gas buang yang rendah, dan keamanan,".
Namun pengangkutan dengan kereta barang juga mempunyai kekurangan. Seperti, belum adanya layanan door to door sehingga biaya handling lebih mahal dibanding moda truk.
"Total waktu angkut lebih lama dan kurang fleksibel," jelas Zulmafendi.
Biaya logistik di Indonesia terbilang tinggi, sekitar 24 persen dari Produk Domestik Bruto, atau sekitar Rp 1.820 triliun, membuat produk Indonesia kurang kompetitif.
Dari jumlah itu, sektor transportasi mengambil porsi yang terbesar, yakni 60 persen dari biaya logistik.