Kisah Stepen Lesmana Merintis Kedai Minuman Counter Anti Baper Hingga Berkembang Jadi 20 Outlet
Ketertarikan pada bisnis kuliner yang kuat kini menghantarkan Stepen Lesmana sukses merintis bisnis minuman.
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ada yang bilang bisnis makanan dan minuman adalah bisnis yang abadi, karena kebutuhan orang untuk makan dan minun tidak akan pernah berhenti sepanjang manusia masih hidup di dunia.
Yang jelas, ketertarikannya pada bisnis kuliner yang kuatlah yang kini menghantarkan Stepen Lesmana memberanikan diri merintis bisnis minuman.
Stepen sengaja memasang harga anak muda agar bisnis minumannya bisa menjangkau konsumen milenial.
Dia menamai outllet minumannya dengan sebutan unik, Counter Anti Baper, disingkat 'Caper'.
Outlet minuman Caper yang dia rintis setiap harinya kini bisa menjual kurang lebih sekitar 100 cup per hari. Saat akhir pekan penjualan bahkan bisa mencapai dua kali lipat, yakni sekitar 200 cup.
Harga minuman di outlet Caper dipatok berkisar Rp 8.000 hingga Rp 15.000 per cup. Harga tergolong murah dan dapat dijangkau banyak kalangan termasuk kalangan pelajar.
Baca: Ada Aksi Demo Mahasiswa, Sejumlah Rute TransJakarta Hari Ini Dialihkan
Stepen Lesmana (33) menceritakan, bisnisnya ini mulai dibangun di awal 2016 setelah dia bosan bekerja sebagai pegawai. Pria kelahiran Jakarta, 26 April 1986, ini memulai usahanya dari berjualan minuman di pinggir jalan.
Baca: Fahri Hamzah: Dulu Mendemo DPR, Kini Didemo Mahasiswa, Begini Penuturannya. . .
Sejak itu Stepen mulai berpikir untuk coba membuat bisnis minuman. Pria berdarah campuran Semarang-Jakarta itu terbesit membukan outlet minuman karena bisnis ini sedang viral. Sebagai cirikhas, minuman yang ditawarkan outlet "Caper" diracik dari bahan asli Indonesia.
Bukan tanpa alasan Stepen memilih bahan lokal dalam bisnisnya. Melainkan, ia menilai produk Indonesia lebih enak dari pada impor. Contohnya saja teh tegal yang disebutnya lebih enak dari teh-teh negara lain.
"Makanya di outlet Caper itu aku gak jual thai tea, tapi yang aku jual teh lokal," ungkap pria lulusan Teknik Sipil dari Unuversitas Bina Nusantara (Binus) ini, Sabtu (28/9/2019).
Produk laris di outlet Caper adalah minuman rasa cokelat. Stepen memiliki perkebunan coklat di Sulawesi guna memenuhi bahan pokoknya.
"Kebun cokelatnya itu nggak besar. Karena cokelatnya kita tanam sendiri, maka kita bisa menjamin kualitasnya," ucap Stepen.
Soal kualitas dia mengaku tak main-main. Untuk menjaga standar rasa dan penyajian, Stepen rutin mendatangi dan mengontrol outlet-outlet Caper. Pendek kata, minuman harga kaki lima tapi rasa ala mall.
Outlet Caper kini berkembang menjadi 20 buah tersebar di berbagai dearah.
"Aku targetin bisa punya 100 outlet. Kalau sudah 100, aku mau stop. Istirahat dulu sebentar," katanya.
Dia juga membuka peluang kemitraan dengan budget minimal Rp 25 juta per mitra outlet. Ia juga siap memfasilitasi kebutuhan pihak yang ingin bermitra seperti survei hingga pelatihan.
"Aku yang langsung nanganin memberikan traning pegawai, sampai survei tempat. Kalau yang mau join (calon mitra) sudah punya tempat, atau ingin di tempat tertentu, ya udah kita buka outlet sesuai keinginan dia," katanya.
Mitra juga bebas menggelar program promosi. Dia juga membuka peluang untuk menambahkan menu.
"Selain minuman, kita ada makanan seperti burger," kata pria yang mengelola bisnisnya di akun instagram di @caper.indonesia ini.