Dari Kotoran Hewan ke Trade Expo Indonesia 2019 Menuju Dunia
Saat ini ada beberapa negara yang tertarik dengan pupuk organik Hanasa diantaranya Australia, Thailand, Filipina.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Judul diatas bukanlah sebuah isapan jempol, namun itulah realita yang terjadi di Desa Blang Pohroh Kecamatan NIsam Antara Kbbupaten Aceh Utara.
Daerah yang dulu dikenal rawan saat konflik bersenjata antara Pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Namun setelah damai MoU Helsinky (15 Agustus 2005) Kecamatan Nisam Antara perlahan-lahan mulai dibangun.
Ketua Pengurus Koperasi Peternakan (Kopter), Tualang Lestari, Taufik Helmi mengatakan, seiring dengan pembangunan tersebut muncul ide dan gagasan dari beberapa anggota masyarakat untuk mendirikan Koperasi Peternakan dengan rencana usaha peternakan sapi intensif, tetapi rencana tersebut terkendala karena faktor kekurangan modal dari anggota sehingga usaha gagal diwujudkan.
“Hingga awal tahun 2019, tepatnya 1 Januari 2019 kami menemukan ide awal bermula ketika melihat banyaknya peternakan ayam broiler di Kecamatan Nisam Antara yang menghasilkan limbah (kotoran) sebanyak 15 ton per hari yang menjadi masalah besar bagi lingkungan sekitar lalu kami meracik formula Pupuk Organik dengan menambah mikroba bio aktifator dan Alhamdulillah dari formula tersebut jadilah Pupuk Organik Plus yang kami beri nama “Hanasa”,” ujar Taufik, Jumat (18/10/2019).
Baca: Bantu Mengawasi, Masyarakat Diimbau Ketahui HET Pupuk Bersubsdi
Awalnya pihaknya tidak melakukan produksi massal karena hendak melakukan pengujian-pengujian kualitas melalui demplot-demplot (percontohan) di beberapa desa di Kecamatan Nisam.
“Lalu ketika demplot yang kami lakukan menunjukkan hasil yang baik tepatnya pada bulan April 2019 kami mulai produksi missal Pupuk Organik Plus Hanasa,” sambungnya.
Setelah 2 (dua) bulan diproduksi massal lalu tiba-tiba di bulan Juni, pihaknya mendapat telepon dari Kementerian Koperasi dan UKM yang meminta untuk ikut serta dalam seleksi program Mentoring UKM Siap Ekspor yang dilakukan oleh Asean Mentorship for Enterpreneurs Network (AMEN) Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Koperasi dan UKM.
Saat ini, kata dia, ada beberapa negara yang tertarik dengan pupuk organik Hanasa diantaranya Australia, Thailand, Filipina.
Menurutnya, kelebihan dari Hanasa adalah dapat mematikan hama berupa keong mas dalam hitungan serta dapat menyuling air laut menjadi air tawar.
“Lalu pada bulan Agustus Kementerian Koperasi dan UKM meminta kami kembali untuk ikut seleksi dalam rangka kegiatan Trade Expo Indonesia (TEI) 2019 dan Alhamdulilah kami terpilih lagi diantara 6 UKM yang lolos seleksi dengan fasilitas stand gratis. TEI 2019 akan diadakan pada tanggal 16 s/d 20 Oktober 2019 di BSD ICE Tangerang Selatan dan menurut informasi akan dihadiri 160 buyyer dan investor luar negeri,” urainya.
Sementara itu, ketua pengawas, Lutfi menambahkan, ini adalah sebuah kebahagian sekaligus kejutan, walau pupuk organik yang diproduksi dengan bahan baku kotoran sapi, kambing dan ayam dan masih dalam kapasitas kecil namun semangat tetap tinggi.
“Serta kami optimis apa yang kami lakukan bisa menuju dunia internasional. Maka dari itu, kami mohon do’a dari masyarakat Aceh dan kami mengucapkan terima kasih kepada Disperindagkop Aceh Utara, Dinas Koperasi dan UKM Aceh serta BDSP da Sylva yang selama ini telah membina kami semoga impian kita semua bahwa dari pelosok Aceh bisa menembus dunia akan terwujud kiranya,” pungkasnya.