Mari Elka: Ekonomi di Asia Hadapi Tantangan yang Lebih Berat Pada 2020
situasi perdagangan telah mengancam integrasi pasar keuangan dan menekan pertumbuhan ekonomi
Editor: Sanusi
Dinamika perekonomian global saat ini telah mempersulit negara di Asia dalam menghadapi tantangan utama yaitu pembangunan berkelanjutan, pengentasan kemiskinan, perbaikan lingkungan, pengelolaan perubahan iklim, transformasi teknologi yang cepat, dan memperkuat sistem politik dan hukum.
Sebuah studi oleh konsultan Baker dan McKenzie terhadap perusahaan-perusahaan multinasional, menemukan bahwa hampir setengah dari 600 perusahaan yang disurvei membuat perubahan besar pada rantai pasokan mereka dan sekitar 12 persen di antaranya sedang mempertimbangkan perubahan sistem rantai pasoknya secara total.
Ketua ABER Peter Drysdale mengungkapkan, sebagai kawasan yang paling terkena dampak perang dagang AS-Tiongkok, Asia tidak boleh hanya berharap pemulihan kesepakatan dua negara ini. Negara-negara di Asia dan ASEAN, termasuk Indonesia, perlu proaktif menghadapi tantangan global.
Dengan kekuatan ekonomi yang meliputi sekitar 30 persen perdagangan dan PDB dunia, dan setengah populasi dunia, negara Asia mempunyai kekuatan menentukan sendiri arah perdagangan global ke depan.
“Tidak boleh menyerahkan pemulihan perdagangan dunia kepada kesepakatan AS-Tiongkok karena tidak akan menyentuh kepentingan negara-negara Asia, untuk itu kita harus tampil di depan dan melanjutkan keterbukaan pasar dan arus investasi antara kita. Menyerahkan pemulihan perdagangan global kepada AS-China akan menjadi preseden negatif,” kata Peter Drysdale.
Sebagai gambaran, ketidakpastian global telah membuat pertumbuhan perdagangan global turun dari 2017 sebesar 4,6 persen menjadi 2,6 persen sesuai proyeksi akhir tahun 2019.
Selain itu, investasi langsung turun sekitar 72 persen. Sementara IMF telah menurunkan prediksi pertumbuhan dunia dari 3,3 persen menjadi 3 persen untuk 2019.
IBER adalah lembaga yang dibuat untuk memperkuat jaringan ekonom di Indonesia yang melakukan riset mengenai isu strategis. IBER dibentuk oleh 13 perguruan tinggi dan lembaga riset di Indonesia pada Juni 2018 dengan Ketua Dewan Penasihat Boediono, Wakil Presiden RI 2009-2014 dan anggota Dewan Penasihat antara lain Moh. Chatib Basri, Iwan Azis dan Emil Salim.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.