Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Rumah.com 'Property Market Outlook 2020' Prediksi Pasar Properti Nasional 2020 Lebih Menggeliat

Rumah.com menyajikan lebih dari 400.000 data properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia dan diakses oleh lebih dari 5,5 juta pencari properti.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Rumah.com 'Property Market Outlook 2020' Prediksi Pasar Properti Nasional 2020 Lebih Menggeliat
Ist/Tribunnews.com
Diskusi pada 'Property Market Outlook 2020' yang digelar di Jakarta. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA  - Rumah.com sebagai portal properti terdepan di Indonesia kembali menghadirkan informasi berbasis data dan insights melalui Rumah.com Property Market Outlook 2020 yang disampaikan di Jakarta, hari ini.

Rumah.com Property Market Outlook 2020 menyajikan informasi properti secara komprehensif, mulai dari lokasi properti favorit konsumen, pergerakan median harga hunian baik perumahan maupun apartemen, dan sentimen masyarakat khususnya di tahun mendatang.

Ike Hamdan, Head of Marketing Rumah.com menyampaikan bahwa Rumah.com menyajikan lebih dari 400.000 data properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia dan diakses oleh lebih dari 5,5 juta pencari properti setiap bulannya.

“Dengan statistik tersebut, Rumah.com memiliki akurasi data yang cukup tinggi untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di Indonesia. Kami memiliki Rumah.com Property Market Index dan juga Rumah.com Affordability Sentiment Index yang menjelaskan pasar properti dari sisi supply dan juga demand. Melalui Rumah.com Property Market Outlook 2020 ini, Rumah.com bisa memberikan advokasi yang berkualitas bagi konsumen maupun pemangku kepentingan lainnya melalui informasi properti yang komprehensif, tepat dan akurat,” jelas Ike.

Baca: Kuartal II-2019, Ini Kisaran Harga Rumah dan Lokasi yang Paling Diminati Konsumen

Baca: Rumah123 Adakan Festival Properti Indonesia 2019, Ada Rumah Mulai Rp 200 Jutaan

Menurut Rumah.com Property Market Outlook 2020, harga properti tetap mengalami kenaikan secara kuartalan maupun tahunan, namun optimisme penjual tidak sebesar tahun lalu jika dilihat dari suplainya. Permintaan pasar masih akan tetap didominasi dari kalangan menengah dan menengah bawah. Namun, pelonggaran LTV dan PPnBM diharapkan dapat meningkatkan optimisme pasar properti kelas atas.

“Minat terhadap properti residensial seken hampir sama besar dengan properti residesial baru. Pencari hunian lebih mengutamakan lokasi dan sarana transportasi umum yang terdapat di sekitar hunian,” ungkap Ike.

Suplai dan Harga Properti

Berita Rekomendasi

Rumah.com Property Price Index menunjukkan indeks harga properti nasional sepanjang 2019 bergerak naik secara stabil. Ini berbeda dengan tahun sebelumnya, di mana harga properti di kuartal pertama 2018 justru turun secara kuartalan.

Optimisme harga di kalangan penjual ini didorong oleh sentimen positif yang dimulai sejak pertengahan 2018, di mana indeks harga properti naik dengan percepatan dua kali lipat.

Sama seperti tahun lalu, indeks harga properti mengalami pergerakan yang moderat di paruh pertama. Indeks harga kuartal kedua (Q2) 2019 adalah 112,0 atau naik 2% secara quarter-on-quarter (q-o-q). Indeks harga pada Q3 2019 mengalami kenaikan 3% (q-o-q) menjadi 115,8 year-on-year (y-o-y), Indeks Harga di Rumah.com Property Market Index secara nasional pada Q3 2019 mengalami kenaikan sebesar 7%. Secara year-on-year, kenaikan ini mengalami percepatan sebesar 75%.

Seperti yang diprediksi di awal tahun 2019, dinamika pasar properti banyak dipengaruhi oleh permbangunan infrastruktur di sejumlah kawasan penyangga Ibu Kota, seperti Bekasi, Depok, Bogor, hingga Tangerang.

Sementara Indeks Suplai di Rumah.com Property Market Index menunjukkan optimisme pasar properti pada tahun 2019 dari sisi tidak sebesar dua tahun sebelumnya. Secara tahunan, suplai properti nasional berdasarkan Rumah.com Property Market Index Q3 2019 turun sebesar 5% menjadi 156,7.

Meski demikian, dinamika pasar properti dalam satu tahun terakhir tetap mengikuti siklus properti tahunan, di mana suplai properti lebih tinggi pada kuartal-kuartal ganjil. Secara kuartalan, suplai pasar properti Q3 mengalami kenaikan sebesar 3% dibandingkan kuartal sebelumnya.

Penurunan suplai properti yang paralel dengan kenaikan indeks harga menunjukkan pasar properti masih berjalan sesuai logika ekonomi, di mana bila terjadi serapan suplai yang lebih tinggi akan mendorong kenaikan harga yang lebih cepat pula.

Pun demikian, indeks suplai yang secara rata-rata lebih rendah pada tahun 2019 dibanding tahun-tahun sebelumnya bisa juga menjadi indikasi bahwa pihak penjual atau suplier lebih menahan diri dalam merilis suplai baru.

Pengaruh ekonomi global dan pemilihan umum 2019 yang berjalan 'dramatis', khususnya pemilihan presiden, menjadi penyebab utama optimisme suplier tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya. Penjual lebih fokus pada pemasaran suplai-suplai lama dengan memanfaatkan momentum perkembangan infrastruktur. 

Perilaku Konsumen Properti

Di sisi perilaku konsumen, Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H2-2019 mencatat berbagai isu terkait properti:

• Survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H2 2019 menunjukkan 64% responden mengaku sudah memiliki rumah dan 1 dari 3 responden yang sudah punya rumah, mengaku memiliki lebih dari satu.

• Namun demikian, optimisme konsumen terhadap kondisi pasar properti mengalami penurunan. 55% responden berniat membeli rumah dalam enam bulan ke depan, jumlah ini turun dibandingkan survei yang sama tahun sebelumnya, di mana jumlahnya mencapai 59%.

• Kepuasan terhadap iklim properti nasional masih cukup tinggi, yakni sebesar 61%. Namun, angka ini menurun jika dibandingkan survei tahun lalu yang mencapai 66%.

• 49% dari total responden yang berniat membeli rumah adalah responden yang belum memiliki rumah. Sementara itu, sebanyak 22% yang berniat untuk melakukan upgrade atau peningkatan hunian (menjual rumah yang dihuni saat ini dan membeli rumah baru yang lebih besar/lebih strategis/lebih mahal).

• Sebanyak 62% mencari hunian di bawah Rp500 juta, sementara 17% lainnya mencari hunian pada kisaran di atas Rp500 juta hingga Rp750 juta. Jumlah ini hampir sama dengan tahun lalu, di mana total kedua kelompok tersebut mencapai 80%.

• 42% responden memilih pinjaman pembiayaan rumah berjangka waktu 11-15 tahun. Selanjutnya jangka waktu 6-10 tahun (30%), dan di atas 15 tahun (19%).

• Sebanyak 48% responden mengaku lebih tertarik menggunakan cicilan syariah daripada cicilan konvensional dimana cicilan syariah sangat populer di kalangan responden usia milenial (56%) dan kalangan penghasilan rendah (59%).

• 71% responden menyertakan kedekatan dengan sarana transportasi umum (halte, stasiun) sebagai satu di antara sejumlah pertimbangan dalam menentukan rumah yang ideal. 66% responden menyatakan ketersediaan sarana transportasi umum di sekitar rumah sebagai hal yang sangat penting.

“Survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H2-2019 ini ditujukan untuk mengetahui respon pasar dari sisi permintaan sekaligus untuk menciptakan transparansi informasi untuk konsumen. Kami melakukan survei terhadap 1000 orang di kota-kota di Indonesia guna melihat tren yang terjadi dari sisi demand,” ujar Ike.

Makroekonomi

Meski dihantam isu ekonomi global hingga menyebabkan pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, kondisi ekonomi 2018 ditutup dengan pertumbuhan ekonomi 5,17%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2017 sebesar 5,07%.

Memasuki 2019, hangatnya dinamika politik, terutama seputar pemilihan umum dan pemilihan presiden, menjadi perhatian pelaku ekonomi nasional. Gubernur Bank Indonesia optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia di akhir tahun mencapai 5,2%.

Konsumsi rumah tangga yang terjaga menjadai harapan penopang pertumbuhan ekonomi pada Q3 2019. Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga diharapkan datang dari investasi bangunan dan infrastruktur yang berjalan.

BI mendorong melalui penurunan bunga agar ada kenaikan kredit perbankan untuk menaikkan pinjaman. Pemerintah memasang target pertumbuhan ekonomi 2020 sebesar 5,3%.

Kredit

Survei Perbankan Bank Indonesia mengindikasikan perlambatan pertumbuhan kredit baru pada kuartal ketiga 2019. Berdasarkan Saldo Bersih Tertimbang (SBT), permintaan kredit baru pada Q3 2018 turun menjadi 68,3% dibandingkan kuartal sebelumnya 78,3%.

Melambatnya penyaluran kredit konsumsi terutama disebabkan turunnya permintaan kredit konsumsi. Perlambatan pertumbuhan kredit konsumsi terutama bersumber pada melambatnya kredit kepemilikan rumah/apartemen dan kredit multiguna.

Survei Bank Indonesia menunjukkan perkiraan meningkatnya pertumbuhan kredit baru, di mana kebijakan pada kuartal keempat 2019 diperkirakan lebih longgar. Pelonggaran standar penyaluran kredit terutama pada kredit pemilikan rumah/apartemen, investasi, dan kredit UMKM. Aspek kebijakan pelonggaran penyaluran antara lain pada plafon kredit, suku bunga, dan agunan.

Kebijakan pelonggaran ini diharapkan dapat membantu menjawab keluhan responden Rumah.com Property Affordability Sentiment Index, yang merasa syarat KPR terlalu rumit dan uang muka terlalu besar

Sudut Pandang Rumah.com

Mengamati data Rumah.com Property Market Index dan data nasional, pasar properti nasional di tahun 2020 akan lebih positif, setelah tertahan di 2019. Hal yang perlu diantisipasi adalah Hari Raya Idul Fitri dan respon pasar terhadap situasi politik nasional serta ancaman ekonomi global.

Indeks harga properti hunian berdasarkan Rumah.com Property Market Index diperkirakan akan mengalami kenaikan pada kisaran 6-9% (y-o-y) pada akhir 2020. Sementara indeks suplai properti hunian berdasarkan Rumah.com Property Market Index diperkirakan akan mengalami pertumbuhan pada kisaran 5% (y-o-y) pada akhir 2020.

Kondisi ekonomi dan politik nasional tidak terlalu berpengaruh pada optimisme pengembang dalam hal penawaran harga. Sebaliknya, kedua hal tersebut tercermin dalam optimisme pengembang dari sisi suplai. Penjual sebaiknya fokus pada properti residensial kelas menengah dan menengah atas, dengan menonjolkan prospek investasi dan dukungan transportasi umum di sekitar properti.

Meski terjadi penurunan pada kepuasan terhadap iklim properti saat ini dibandingkan tahun lalu, secara umum kepuasan masyarakat masih tinggi. Sebanyak 55% responden Rumah.com Property Affordability Sentiment Index juga mengaku berencana membeli properti tahun depan. Meski demikian, berbelitnya proses pengurusan KPR, terutama untuk pekerja lepas, bisa menjadi penahan laju pasar properti nasional.

Kebijakan Pemerintah melonggarkan Loan To Value (LTV) atau uang muka untuk pembelian rumah kedua serta pelonggan PPnBM untuk rumah mewah bisa meningkatkan dinamika pasar properti menengah atas dan mewah, yang sedang lesu.

Ike menjelaskan bahwa secara umum pasar properti Indonesia di tahun 2020 mendatang tidak akan begitu terpengaruh dengan keadaan politik mengingat situasi politik yang lebih kondusif. Pasar properti diperkirakan akan lebih bergairah dan menuju pemulihan, ini merupakan kesempatan yang tepat untuk membeli properti, baik untuk dihuni atau dipakai sendiri maupun sebagai sarana investai.

“Rumah.com sebagai portal properti terdepan di Indonesia akan senantiasa terus berinovasi menghadirkan inovasi, solusi dan panduan bagi pencari properti, agen, dan pengembang serta stakeholder properti di Indonesia. Rumah.com juga memiliki komitmen membantu para pencari properti dalam menentukan keputusan pembelian properti melalui informasi data yang tepat dan akurat,” pungkas Ike. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas