Di Hadapan Pengusaha Amerika, Menko Airlangga Akui Indonesia Alami Deindustrialisasi
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pertumbuhan yang stagnan disebabkan oleh tren produktivitas yang rendah.
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyatakan, ekonomi Indonesia akan menghadapi tantangan tidak hanya dari faktor eksternal tetapi juga dari faktor domestik pada 2020.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pertumbuhan yang stagnan disebabkan oleh tren produktivitas yang rendah.
"Ini terjadi karena Indonesia belum dapat melakukan transformasi struktural ekonomi. Kami mengalami kondisi deindustrialisasi pra-matang, dimana pangsa industri manufaktur kami terhadap PDB terus menurun," ujarnya di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Kamis (21/11/2019).
Airlangga menjelaskan, industri manufaktur yang kurang berkembang berdampak terhadap kinerja perdagangan internasional Indonesia.
Pasalnya, hingga saat ini ekspor Indonesia masih didominasi oleh komoditas mentah dan pertanian, kondisi ini sama seperti 40 tahun yang lalu.
Baca: Ace Hasan: Kesepakatannya, Bamsoet Tak Maju Jadi Caketum Golkar Jika Jabat Ketua MPR
Defisit transaksi berjalan akibat kinerja perdagangan yang kurang baik ini dipicu oleh defisit minyak dan gas, dan neraca perdagangan jasa.
Pemerintah, kata Airlangga, memiliki strategi dan prioritas yang akan diambil untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada saat ini.
Strategi pertama yakni meningkatkan potensi pertumbuhan melalui transformasi ekonomi untuk memperkuat permintaan domestik dan meningkatkan kinerja perdagangan internasional.
Kedua, menjaga stabilitas ekonomi makro dengan menjaga harga domestik dan nilai tukar pada tingkat yang stabil dan kompetitif dan ketiga yaitu meningkatkan inklusivitas dan keberlanjutan ekonomi.
Dengan menerapkan strategi-strategi itu, diharapkan perekonomian Indonesia akan tumbuh antara 5,3 persen hingga 5,6 persen pada 2020.
Pertumbuhan itu, terutama didukung oleh investasi dan ekspor yang diperkirakan akan meningkat antara 7 persen hingga 7,4 persen dan 5,5 persen hingga 7 persen secara berurutan.
Adapun dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan didukung oleh sektor industri yang akan meningkat antara 5 persen hingga 5,5 persen.
"Tingkat pengangguran juga diperkirakan akan turun menjadi 4,8 persen hingga 5 persen dan tingkat kemiskinan turun menjadi 8,5 persen hingga 9 persen," pungkas Airlangga.