Perkuat Struktur Permodalan, Radana Finance Tinggalkan Otomotif, Garap Pembiayaan Syariah
Perseroan meninggalkan bisnis pembiayaan otomotif tidak memiliki afiliasi dengan agen pemegang merek dan jaringan dealer kendaraan.
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Radana Finance memutuskan memperkuat struktur permodalan untuk menghadapi tantangan bisnis pembiayaan di 2020 yang semakin challenging melalui strategi rights issue.
Selain itu, demi memperkuat eksistensinya di bisnis pembiayaan, Radana Finance mulai 2020 mendatang memutuskan meninggalkan sepenuhnya bisnis pembiayaan otomotif yang selama ini menjadi core bisnis perseroan dan fokus menggarap bisnis pembiayaan syariah, termasuk bisnis pembiayaan umrah dan haji.
Dalam acara paparan public expose PT Radana Bhaskara Finance Tbk 2019 di Jakarta, Rabu (4/12/2019),. Direktur Utama radana Finance Evi Indhwaty menyatakan, strategi ini diambil sebagai upaya mereposisi bisnis perseroan yang selama ini disadari perseroan tidak memiliki backbone kuat di bisnis pembiayaan otomotif.
Yakni, karena perseroan tidak memiliki afiliasi dengan agen pemegang merek dan jaringan dealer kendaraan.
"Tahun depan kita benar-benar akan meninggalkan bisnis pembiyaaan otomotif karena kita menyadari kita adalah perusahaan pembiyaaan independen dan tidak memiliki afiliasi ke APM maupun diler kendaraan," ungkap Evi.
"Untuk pembiyaaan alat berat yang selama ini pernah kita geluti, kita sudah memiliki sister company yang menangani bisnis tersebut. Untuk pembiyaaan ke syariah kita sudah testing pasar tahun ini dan respon pasar bagus," imbuh Evi.
Baca: OJK Larang PT Pracico Multi Finance Lakukan Kegiatan Pembiayaan Syariah
Evi menambahkan, dalam reposisi bisnis ini, selain menggarap pembiayaan syariah, Radana juga akan fokus menggarap segmen UMKM termasuk bisnis direct selling.
"Tahun 2019 industri finance memang menghadapi kesulitan di bisnis pembiayaan. Tapi alhamdulillah Radana sampai saat ini tidak pernah menunggak kewajiban pada perbankan dan kreditor. Di 2020 kita akan lebih kompetitif dengan garap segmen UMKM, memperkuat struktur permodalan dan rampingkan organisasi perusahaan," ungkapnya.
Baca: Sambut 2019, Radana Finance Makin Fokus ke Bisnis Pembiayaan Multiguna
Strategi jangka pendek perusahaan, lanjut Evi, selain rights issue untuk memperkuat permodalan dengan undang investor baru, juga akan mengejar funding dari perbankan lokal dan asing, efisiensi operasional perusahaan, serta peralihan bisnis pembiayaan ke sektor yang lebih produktif demi menjaga keberlanjutan usaha.
"Untuk strategi jangka panjang, kita akan lakukan penerbitan surat utang baru dengan kontrol manajemen risiko yang kuat, serta peningkatan laba bersih perseroan. Secara menyeluruh, perseroan akan perkuat bisnis di hulu dan hilir," imbuhnya.
Di akhir 2019, Radana melaksanakan aksi korporasi penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebanyak 3,867 miliar saham biasa atau 62,41% dari modal ditempatkan dan disetor penuh pada November 2019.
Melalui rights issue ini Radana Finance akan meraih dana hingga Rp 580,07 miliar.
Di aksi korporasi masuk investor baru ke Radana Finance, yakni Rubicon Investment Holding Pte. Ltd, entitas bisnis milik Archipelago Asia Focus Fund Pte Ltd, perusahaan investasi asal Singapura yang pada 25 November 2019 lalu resmi mengakuisisi 47,51% saham Radana dari empat pemegang saham lainnya, PT Tiara Marga Trakindo (TMT), PT Inti Investasi Prima (IIP), PT Eliora Lumina Indonesia (ELI) dan PT HD Corpora (HD).
Setelah aksi akuisisi tersebut jumlah saham TMT menjadi 50,18%, sementara IIP, ELI, dan HD tidak lagi memiliki saham di Radana Finance.