Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ini yang Bisa Dilakukan Pemerintah untuk Pertahankan Startup Seperti Nodeflux

Dalam era disrupsi digital ini, begitu banyak perusahaan rintisan atau startup yang lahir dan mulai membangun ekosistem inovasi.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Ini yang Bisa Dilakukan Pemerintah untuk Pertahankan Startup Seperti Nodeflux
Istimewa
Foto ilustrasi. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memasuki era revolusi industri 4.0, pemerintah terus mendorong pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) termasuk yang berfokus pada bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) untuk meningkatkan perekonomian bangsa.

Pembangunan SDM juga menjadi salah satu fokus pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 untuk menjadikan Indonesia sebagai negara mandiri dan berdaya saing.

Dalam era disrupsi digital ini, begitu banyak perusahaan rintisan atau startup yang lahir dan mulai membangun ekosistem inovasi.

Startup-startup ini memiliki concern yang berbeda-beda dan tentunya sangat potensial untuk dikembangkan.

Satu diantara begitu banyak startup potensial karya anak bangsa yang tengah hangat diperbincangkan adalah Nodeflux.

Lahir sejak 2016 lalu, Nodeflux menjadi startup yang memiliki produk terdepan melalui fokusnya pada pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.

Perlu diketahui, kecerdasan buatan saat ini tengah menjadi tren teknologi dunia yang digadang-gadang akan semakin booming di masa depan.

Berita Rekomendasi

Banyak perusahaan teknologi yang berlomba untuk mengembangkan teknologi satu ini demi memudahkan pekerjaan mereka.

Nodeflux pun hadir menyediakan solusi teknologi pengenalan wajah yang dihubungkan melalui kamera pengawas atau CCTV ke database kependudukan.

Saat ini, teknologi seperti ini telah digunakan pemerintah Tiongkok pada hampir seluruh jalan raya di negara itu.

Di negeri tirai bambu itu, tentunya sangat mudai menjumpai kamera CCTV yang telah terpasang pada banyak sudut jalan.

Mulai dari sudut bangunan sekolah, perkantoran, pertokoan, rumah makan, fasilitas transportasi umum, jembatan penyeberangan, bahkan hingga jalan kecil untuk para pejaln kaki.

Kecerdasan buatan yang berbasis mesin atau komputer ini memang dapat melakukan kegiatan berpikir, selayaknya apa yang dilakukan manusia.

Namun seperti apa upaya yang harus dilakukan pemerintah untuk mempertahankan generasi muda Indonesia yang memiliki inovasi seperti ini ?.

Tribunnews pun menanyakan hal tersebut kepada Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang juga seorang Ahli Kecerdasan Buatan Hammam Riza.

Ia menilai Indonesia harus mampu menyediakan ruang dan membangun ekosistem inovasi sebagai wadah bagi para startup yang mampu menghasilkan inovasi yang diprediksi akan menjadi tren di masa depan.

Pemerintah, kata Hammam, harus memberikan insentif kepada startup seperti Nodeflux karena inovasi yang mereka ciptakan akan sangat bermanfaat bagi bangsa ini.

"Ya jadi Indonesia itu harus membangun ekosistem untuk startup-startup ini. Dimulai dari sebuah ide, dia (Nodeflux) bangun inovasi dan untuk menjadi perusahaan besar (maka) harus diberikan insentif," ujar Hammam, saat dihubungi Tribunnews, Jumat (13/12/2019) malam.

Menurutnya, pemerintah bisa memulai pembangunan ekosistem inovasi ini melalui sebuah lingkungan teknologi dan inovasi seperti Techno Park yang dikembangkan BPPT, Sillicon Valley tempat berkumpulnya perusahaan raksasa teknologi Amerika Serikat (AS), hingga Shenzen, wilayah Tiongkok yang kini mulai mencoba mengejar Sillicon Valley.

Selain itu, Venture Capital (VC) atau pendanaan juga bisa diberikan investor kepada startup ini karena memiliki potensi jangka panjang.

Pendanaan ini bisa diberikan oleh investor, bank penyedia investasi hingga institusi keuangan.

"Dan Indonesia ini harus punya kekuatan seperti yang namanya techno park, seperti Silicon Valley, Shenzen, semua kan di proteksi oleh pemerintah melalui venture capital, perusahan penanaman madani," tegas Hammam.

Hal ini menurutnya perlu dilakukan untuk menjaga agar startup potensial seperti Nodeflux tidak direbut negara lain.

Karena teknologi yang dikembangkan Nodeflux menjadi incaran dan sangat dibutuhkan oleh banyak perusahaan dunia.

"Supaya mereka tidak melihat sumber keuangannya dari negara lain. Kalau misalnya dia nggak dapat dari negaranya sendiri, akhirnya mereka itu dibeli oleh negara-negara lain seperti Singapura, Arab dan akhirnya otomatis perusahaan startup ini jadi milik negara lain," jelas Hammam.

Hammam kemudian menuturkan bahwa pihaknya selama ini telah memulai pembangunan ekosistem inovasi itu.

Ia pun menegaskan bahwa dalam pembangunan ekosistem inovasi, startup-startup seperti ini harus terus memperoleh sumber pendanaan lokal.

Agar kedepannya mereka bisa bertransformasi menjadi perusahaan unicorn bahkan decacorn dan sepenuhnya berkontribusi untuk pembangunan dan peningkatan perekonomian Indonesia.

"Jadi perusahan pemula berbasis teknologi yang kita inkubasi di BPPT itu tetap harus ada modal lokal dari Venture Capital, supaya dia mempunyai kekuatan untuk menjadi perusahan besar atau unicorn kemudian menjadi milik Indonesia," pungkas Hammam.

Sebelumnya, Nodeflux telah memperoleh penghargaan dalam 'BPPT Innovator Awards 2019' untuk Kategori Umum Kelompok atas inovasi Platform Pendeteksi dan Interpretasi Objek Berbasis Kecerdasan Buatan atau AI.

CTO sekaligus Co-Founder Nodeflux Faris Rahman pun sangat senang memperoleh penghargaan yang diberikan lembaga yang berfokus pada bidang kaji-terap teknologi itu.

"Tentunya senang banget ya, apresiasi yang besar sekali terhadap kita terutama. Ini hasil kerja keras dari tim kita Nodeflux, di mana 100 persen semuanya adalah anak bangsa, orang Indonesia," kata Faris, di Gedung BPPT, Jakarta Pusat, Senin (9/12/2019).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas